Mata cokelat indahnya masih sama seperti dulu, seperti tiga tahun yang lalu, saat semua baru dimulai, tapi kali ini dengan rasa yang berbeda, seolah hendak memuntahkan badai yang ia simpan. Tak perlu banyak kata, mata cokelat indah itu mampu membuat mataku memerah saga, jantungku terasa berhenti dan badanku lunglai seketika.
Mungkin baginya ini hanyalah seperti sedikit turbulensi yang sejenak akan hilang, tapi bagiku sungguh ini goncangan hebat yang membuatku terlempar dari tata suryaku, duniaku jungkir balik, planet2 tak lagi menempati orbitnya, semuanya kacau. Lalu sejenak aku tersadar bahwa aku hanyalah manusia biasa yang sedang menjalani kehidupan, dan apapun bisa terjadi dalam hidup (kun fayakuun).
Sedikit rasa sedih dan kecewa pasti ada, tapi tidak ada yang pelu disalahkan apalagi dibenci dalam hal ini. Hal terpenting dari semua ini adalah jujur pada hati dan berani mengambil keputusan, sepahit dan seberat apapun itulah yang harus dipilih, karena setiap orang berhak untuk bahagia dengan jalan yang dipilihnya.
Ini bukanlah masalah putus cinta, tapi bagaimana menghargai pilihan. Sejak diciptakan manusia memang dikutuk untuk terus menghadapi pilihan2 dalam hidupnya. Kita juga tidak tahu apakah pilihan itu benar atau tidak, biarlah waktu yang akan membuktikannya. Yang jelas hidup adalah milik kita (our own), hidup bukan seperti kata orang, karena kelak kita sendirilah yang akan dimintakan pertanggung jawaban oleh Sang Pemberi Hidup.
Selanjutnya biarlah ini abadi dalam porsinya sendiri-sendiri, hari esok masih ada meskipun belum tentu buat kita. Hidup terlalu indah untuk sebuah kesedian, mungkin kali ini aku kurang beruntung, tapi aku jadi banyak belajar dari semua ini. Belajar mencintai, belajar mengerti, belajar berbagi dan belajar menghargai pilihan. Biarlah cinta itu menjadi tetap indah apapun ending ceritanya………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar