Sabtu, 31 Desember 2011

Yang Tersisa dari 2011



Menurut penanggalan cina tahun 2011 adalah tahun kelinci, sifat dari kelinci adalah dinamis, maka tahun 2011 diperkirakan akan banyak mengalami perubahan dan lompatan-lompatan yang signifikan, begitulah bunyi ramalan yang saya baca disalah satu media saat menjelang tahun baru 2011. Saya bukan orang cina yang terlalu percaya pada ramalan dan sejenisnya, tapi jika melihat perjalanan saya ditahun 2011, sedikit ada benarnya juga apa yang diramalkan “suhu Achai” itu.

Pada akhir tahun 2010 lalu, saya menuliskan sebuah resolusi, dalam sebuah catatan saya tulis: “Tahun ini aku ingin BERHIJRAH, bermutasi, jika perlu berevolusi”, sebuah resolusi sederhana tapi penuh keberanian untuk melakukannya. Yah, tahun 2011 ini adalah tahun “berhijrah” tahun perpindahan dan tahun transisi, seperti kelinci yang melakukan lompatan dan manuver yang tak bisa diduga, 2011 adalah tahun penuh kejutan.

Bulan-bulan di awal tahun adalah bulan-bulan ‘galau’, Januari hingga maret. Puncaknya terjadi pada bulan Februari. Mungkin bagi sebagian orang ‘bulan kedua’ ini adalah bulan penuh cinta, tapi tidak bagi saya, Februari adalah bulan ‘tersesat’, tersesat dalam kegalauan, kegelisahan dan frustasi (maaf tidak akan saya ceritakan mengapa saya frustasi dibulan ini: only God knows why). Dan semua kesesatan itu akhirnya berakhir dibulan Maret.

April adalah bulan dilematis, waktunya untuk memilih. Pada bulan ini tiba-tiba semua jalan menjadi bercabang tidak ada trak lurus, seolah membentuk sebuah persimpangan dengan tikungan-tikungan tajam. Pilih belok kanan atau kiri, berdiam berarti mati dan tak ada jalan mundur. Mencoba coba menerka jalan mana yang sekiranya lebih terang dan pijakan mana yang membuat kelinci ini tidak terjatuh, saatnya kelinci untuk melompat. Dan semua itu baru terjawab pada bulam Mei, bulan kelima dalam setahun.

Kelinci memutuskan untuk bermanuver, dan saya telah menentukan pilihan untuk “berhijrah”. Bulan Mei saya memutuskan untuk beralih profesi, meninggalkan dunia Notaris dan memutuskan untuk kembali ke kampus, dunia akademisi. Entah ini pilihan yang bagus atau tidak, tapi setidaknya saya berani untuk melangkah, one step closer. Tentu tidak mudah untuk mengambil keputusan ini, perlu kemantapan hati. Tentu saya mencintai dunia notaris yang telah saya tekuni tiga tahun belakangan ini, tapi ada hal yang lebih besar yang ingin saya capai.

Bulan Juni saya resmi menjadi bagian dari civitas akademika di kampus tempat saya belajar dulu, kembali menjadi ‘orang kampus’, bergulat dengan rutinitas akademis. Kampus bukan tempat yang baru bagi saya, kurang lebih 7 (tujuh) tahun saya menghabiskan waktu disana, namun kembali dengan status baru ‘bukan mahasiswa’ bukan hal yang mudah, ini dunia yang sama sekali berbeda. Tapi apapun dan bagaimanapun itu pilihan sudah ditentukan, tak ada jalan mundur, meski ini sama sekali tidak mudah seperti kelihatannya, hanya belajar dan bekerja keras yang bisa menjadi pembuktian atas kemampuan dan jawaban atas keraguan.

Agustus hingga oktober adalah bulan uji coba, penyesuaian dengan dunia baru. Saya merasa senang bukan main saat mendapat kesempatan baru, pengalaman baru dan ilmu baru, dan menangis meraung-raung jika menyadari ketidakmampuan diri melawan kebodohan dan kemalasan yang masih merajai otak. Sekali lagi belajar dan terus belajar adalah jawaban (titik)

Diantara semua bulan dalam 2011 barangkali November-lah bulan yang paling manis, banyak kejutan pada bulan ini. Awal bulan tiba-tiba ada beberapa lelaki yang nyatakan cinta (mesti tak satupun diantara mereka yang nyangkut :D), tiba-tiba menghadiri konfrensi ASEAN di Bali dan dikejar bule menakutkan, mendadak bertemu kawan lama, mendadak bisa jalan-jalan gratis dan banyak kejutan lainnya.
Kejutan berlanjut hingga awal Desember, akhir tahun yang lumayan merepotkan, mulai dari menghadiri beberapa seminar, workshop, pelatihan hingga tidak sengaja ditugaskan ke Jakarta menemani mahasiswa di Internasional Moot court competition. Semua serba mendadak dan unpredictable.

Banyak cerita dan banyak hal tersisa dari 2011, dan diantara semua yang tersisa itu hanya kata belajar dan bekerja keras yang tetap menjadi agenda di tahun-tahun selanjutnya. Tak ada resolusi khusus yang saya tuliskan untuk 2012, tahun Naga Air, selain tetap berbaik sangka kepada Tuhan bahwa cinta akan datang pada setiap hati yang masih punya cinta....

Happy New Year 2012
New Hope, New Wish and New Love

Kamis, 15 Desember 2011

Dikejar Bule Hitam

Sebulan yang lalu, saya pergi ke Bali sendirian (sudah saya ceritakan alasan dan kronologisnya dalam note sebelumnya). Ada cerita menarik dari waktu kepulangan saya dari Bali, bertemu bule aneh. Ceritanya kurang lebih demikian:

Saya kembali ke Malang pada hari kamis (17/11) dengan pesawat Wings Air. Pada hari itu, menurut informasi yang saya dapat, lalu lintas ke arah bandara Ngurah rai akan sedikit macet karena lagi hebohnya kedatangan Hillary Clinton dan Barack Obama, akhirnya saya putuskan untuk berangkat satu jam lebih awal, agar tidak terjebak macet.

Pesawat saya dijadwalkan take off pukul 14.00 wita, pukul 12.30 saya sudah nangkring di lounge bawah bandara Ngurah rai. setelah check in saya harus menunggu bagasi karena baru dibuka pukul 13.00 WITa, sambil menunggu saya duduk di lounge bawah sebelah barat, dekat tempat makan dan toko souvenir, saya memilih duduk di ujung bangku yang kosong, berharap tidak ada orang yang menggangu.

Waktu saya menunggu tiba-tiba ada Bule hitam duduk disebelahku. Sekilas saya melihat orang itu tinggi besar berkulit hitam, dengan baju putih panjang (semacam abaya) dan peci warna mencolok (hijau merah kuning), tanpa bertanyapun siapapun tahu pasti dia orang afrika.

Awalnya saya cuek saja, berpikir tidak mungkin kami terlibat pembicaraan karena kendala bahasa. Namun tiba-tiba suara sang pria itu memecah kesunyian.

“excuse me, do you speak english?”
Saya celalingak-celinguk, apakah orang ini berbicara pada saya?

“yes, i do” jawab saya ragu, beberapa hari itu saya agak keminggris, bertemu dengan beberapa bule dan mengobrol dengan mereka selama konfrensi.

Dia mulai memperkenalkan diri, Mr. X bekerja di kedutaan besar Nigeria untuk Indonesia sebagai Ambassador, begitulah yang tertera dari kartu nama yang dia berikan. Dan kami pun “terpaksa” bertukar nomor telpon.

Dia berada di Bali dalam rangka pembukaan KTT ASEAN, dia adalah duta besar Nigeria untuk urusan ASEAN. Karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di Jakarta dia tidak bisa mengikuti acara sampai selesai, disamping itu dia juga tidak terlalu suka Bali –ya iyalah secara afrika lebih panas dari Bali- :D

Awalnya obrolan kami sangat menyenangkan, seputar pendidikan, hukum (dia juga lawyer), budaya, sedikit politik hingga banyaknya Nigerian yang jadi pemain bola di Indonesia. Overall dia sangat ramah.

Tapi lama kelamaan saya tidak nyaman dengan obrolan kami, dia mulai bertanya tentang masalah pribadi, dimana rumah saya, orang tua saya, pacar saya an so on.... -menurut saya ini perbincangan sensitif bagi orang yang baru pertama kali ketemu- saya hanya menjawab sekenanya saja, dan mencoba mengalihkan pembicaraan pada hal-hal yang umum. Yang paling membuat saya tidak nyaman adalah tentang keinginanya untuk bertemu lagi dengan saya di Malang, dan membicarakan hal-hal yang lebih pribadi, dia juga terang-terangan bilang menyukai saya. (plis deh, baru kenal juga bicaranya ngawur...)

Karena saya sudah merasa tidak nyaman, saya pilih jurus seribu kaki alias kabur melarikan diri. Singkat kata singkat cerita aku berhasil pergi dengan alasan harus boarding secepatnya, meski sebenarnya masih tersisa 30 menit lagi.

Unfortunatelly pesawat saya dan pesawat dia berangkat di jam yang sama melewati gate yang bersebelahan. Untuk menghindar dari pandangannya saya harus bersembunyi diantara kerumunan orang (lucky me have a little body hehehe...)

Sebelum take off dia sempat menelpon, katanya dia sangat ingin bertemu lagi denganku, dia juga berjanji akan sering-sering menghubungiku dan aku juga bisa menghubunginya kapanpun. Aku hanya tertawa kecil mendengarnya, lalu dengan tegas aku jawab, “ you can call or come if I don’t have any appointment with another guy, and I’m not sure about meeting you again” (terlalu kasar, mungkin :). Sebelum menutup telpon dia memintaku untuk menelponnya sesampainya di Malang, and I just can say “insyaAllah...”

setelah pertemuan itu, dia terus menelpon, mencoba menghubungi tepatnya, karena beberapa kali dia menelpon, tidak saya angkat. Dia juga mengirim beberapa sms, dari beberapa pesannya yang mampir hanya satukali saya balas, itupun hanya dengan “i’m apologize, i can’t answer ur call, i have a tight agenda today”. itu terjadi selama seminggu setelah pertemuan kami, berharap setelah ini tidak ada komunikasi yang terjalin.

Setelah satu bulan berlalu, saya harap sudah tidk ada lagi pesan atau terlpon darinya. Tapi tiba-tiba tadi malam dia menelpon lagi, tepatnya mencoba menelpon karena –tetap- tidak saya angkat. Lalu dia kirim sms: “hi pretty ula, Is a pity u can’t even send me sms, where are u going to be during xmas? Plis tell me if u can come so I can send u a ticket”

Hmmm... enough!

Sabtu, 03 Desember 2011

My December

My December

By: Linlin Park


This is my December
This is my time of the year
This is my December
This is all so clear
This is my December
This is my snow covered home
This is my December
This is me alone

And I
Just wish that
I didn't feel
Like there was
Something I missed
And I
Take back all
The things that I said
To make you
Feel like that
And I
Just wish that
I didn't feel
Like there was
Something I missed
And I
Take back all the
Things that I said to you

And I give it all away
Just to have somewhere
To go to
Give it all away
To have someone
To come home to

This is my December
These are my snow-covered trees
This is me pretending
This is all I need

And I
Just wish that
I didn't feel
Like there was
Something I missed
And I
Take back all
The things that I said
To make you feel like that
And I
Just wish that
I didn't feel
Like there was
Something I missed
And I
Take back all the things
I said to you

And I give it all away
Just to have
Somewhere to go to
Give it all away
To have someone
To come home to

This is my December
This is my time of the year
This is my December
This is all so clear

And I give it all away
Just to have somewhere
To go to
Give it all away
To have someone
To come home to