Minggu, 23 Februari 2014

Counting Down The Day....


Mengurus pernikahan ternyata tidak mudah, cukup menguras tenaga, emosi dan kantong tentunya. Mungkin benar kata orang menikah itu soal gampang yang ribet itu ngurus pritilannya. Awalnya saya dan pasangan ingin menggelar acara yang sederhana saja, tetapi nampaknya sulit mengingat banyaknya undangan. Kebetulan kami berasal dari keluarga besar yang kebetulan juga tinggal di kampung yang sama beda dusun, jadi dapat dibayangkan pasti banyak yang akan protes jika kami tidak mengundang saudara dan handai taulan itu. 

Yang bikin ribet sebenarnya adalah soal jarak, saya tinggal d malang sedangkan tempat acara di Jember, karna saya tidak mungkin sering bolak balik malang - jember, maka persiapan pernikahan dilakukan di dua tempat itu. Memang agak repot tapi kami sudah berkomitmen untuk mengurus semua sendiri tanpa WO. Mengurus pernikahan sendiri butuh kesabaran dan tenaga extra terutama jika calon pengantin sama-sama bekerja, harus ada yang rela meluangkan waktu mengurusi ini itu. Urusan konsumsi saya kami pasrahkan orang tua, kami mengurus sisanya. Tidak hanya keluarga yang kami libatkan, para tetanggapun ikut repot mempersiapkan pernikahan kami. 

Rencananya pernikahan kami dilaksanakan dua hari, jum'at untuk akad nikah dan pengajian, sabtu resepsi pernikahan bertempat di rumah saya, dikampung tak biasa sewa gedung. Mengingat banyaknya undangan, resepsi dilaksanakan selama 12 jam (10am - 10pm) sudah bisa kebayang capeknya ;( Kami memutuskan untuk tidak memakai adat apapun, prosesi yang simple dan sederhana saja. 

Ini sudah H min beberapa hari, suasana repot mulai terasa, sekalipun sudah dipersiapkan sedemikian rupa tetap saja ada yang kurang. Emosipun mulai tak karuan perasaan campur aduk, masalah kecil bisa jadi besar, ah apakah semua orang yang akan menikah mengalami hal seperti ini?? Entahlah, aku ingin merasakannya hanya sekali seumur hidup. 

Minggu, 05 Januari 2014

(Bukan) Lelaki Impian

Sepertinya banyak mulai penasaran tentang sosok lelakiku, seperti apa dan bagaimana aku bisa memilihnya. I told you, dia bukan pria impian. Dia bukan pria yang memenuhi semua checklist kriteria pria impian. dia lelaki biasa, sederhana tapi punya cinta luar biasa. 

Perawakannya tegap, tinggi sekitar 175cm dg berat 80kg, ramput cepak, kalo tersenyum dia sangat manis ;). Berasal dari keluarga konservatif, anak bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya (alm) mantan pejabat di desa kami. Menempuh Pendidikan Agama Islam di Darul Ulum Jombang. Dia lelaki yang baik, sabar, penuh pengertian meski agak sedikit manja. Perokok (aku tidak suka ini), tidak banyak bicara, cuek tapi tipe familyman ;)) 

Keputusanku memilihnya bukannya mulus tanpa kontroversi, melihat perbedaan diantara kami banyak pihak yang mempertanyakan, mengapa aku harus dengannya? Mengapa tidak dengan yang lain? 
Sifat kami sangat berbeda, selera kami tidak sama, musik, film, buku atau apapun lah itu kami tak sejalan. Dia sangat konservatif aku modernis, dia patriarkhis aku feminis, dapat dibayangkan betapa serunya jika kami berdebat. Aku meyakini bahwa sepasang manusia berjodoh bukan semata karena persamaan, perbedaan itu ada untuk saling melengkapi. Kami berbeda profesi tapi sepanjang kami berkomitmen untuk saling menghormati dan mendukung satu sama lain tak ada yang bisa menghalangi niat baik kami. Beruntungnya juga aku punya ortu luar biasa yang tidak pernah menilai orang dari latarbelakang maupun status sosialnya. Jadilah hubungan kami berjalan manis sekalipun banyak yang sinis. 

Aku tak pernah ambil pusing dengan tanggapan nyinyir orang lain, bagiku mencintai seseorang tak perlu banyak alasan, menyukai seseorang juga bukan karna kriteria, cinta bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja, jika ada rasa rindu yang terselip dihatimu saat kau menyebutkan namanya maka itulah cinta ;)) 
Jikapun harus ada alasan untuk mencintainya aku hanya ingin mencintainya, itu saja.

Orang bilang dia sangat beruntung bisa mendapatkanku, tapi sebenarnya aku yang betuntung dicintai olehnya, menjadi cinta pertama dan terakhir seseorang itu sangat luar biasa. Dia adalah pemilik hati paling tulus yang pernah ku kenal. 

2013 going to 2014

Awal tahun 2013 lalu aku menuliskan tiga resolusi: menikah, punya bisnis dan pergi ke luar negeri. Dari ketiganya satu yang sudah tercapai, pergi ke luar negeri pada pertengahan tahun 2013 untuk ibadah umroh, resolusi yang pertama insyaAllah akan terlaksana di tahun 2014. 2013 tahun yang menyenangkan, banyak kejutan yang aku dapat di sepanjang tahun lalu, tiba-tiba umroh, dipercaya mengerjakan beberapa hal dan yang paling ajaib di tahun 2013 adalah finally aku memutuskan untuk memilih seseorang menjadi pendampingku, yups, aku jadian. 

My life is still like a roll coaster. 12 bulan terasa begitu singkat, awal-awal tahun yang berat karna pekerjaan, pertengahan tahun yang luar biasa dan akhir tahun yang sangat menyenangkan. Aku banyak belajar ditahun ini, terutama tentang menghargai kesempatan, kesabaran dan kerja keras. Hidup memang tak pernah mudah seperti kelihatannya, tapi waktu tak pernah mau kompromi. 

Aku tidak sabar menunggu 2014, menunggu kejutan-kejutan lain yang akan terjadi. 2014 akan menjadi tahunku yang luar biasa, aku akan menikah ditahun ini. Sebuah keputusan terbesar dan tersulit sepanjang hidupku. Jikapun harus ada resolusi, aku berharap tahun ini bisa memulai keluarga baru dengan indah. Meski di awal tahun aku berduka karena nenek pergi selamanya, optimisme akan hidup harus tetap ada. What ever will be will be. 

Happy new year, stay cool n owesome ;))

Senin, 09 Desember 2013

Our Love Story




Cinta itu ajaib. Mungkin cuma itu yg bisa menggambarkan kisah kami. Dari awal kami bertemu, berteman hingga akhirnya memutusnya untuk bersama, semuanya ajaib. Meski tak se so sweet FTV dan tak sedramatis Senetron, cerita kami unik dan berdurasi puluhan tahun.

Aku mengenalnya sejak usia 7 tahun, saat itu kami masih berbalut seragam merah putih, kami belajar membaca dan berhitung d kelas yang sama, yups kami bertemu sejak di sekolah dasar, menjadi classmate sampe tingkat enam. Tak banyak yg kuingat tentang dia, kecuali kenakalan dan keusilannya. Dia teman yg sangat usil, pernah menyembunyikan sepatu olah ragaku, suka menarik-narik kerudung, suka nyampah d bangkuku, intinya dia suka cari gara-gara denganku. kami tak pernah akur, lebih banyak bertengkar dari pada main bersama, meski bangku kami bersebelahan kami jarang sekali bertegur sapa. Belakangan baru tahu dibalik semua keusilannya ada caper yg tersembunyi :)

Selepas SD kami sama-sama meninggalkan kampung halaman bersekolah d luar kota, dia di Jombang aku di Probolinggo, praktis kami tidak bertemu lagi sejak perayaan kelulusan. Dua belas tahun setelah itu (2009) jejaring sosial fesbuk mempertemukan kami, tak banyak yang kami obrolkan hanya bercerita seputar kabar dan kesibukan masing-masing. Saat itu dia masih bekerja di Jakarta dan aku masih studi d Malang. 2010 dia memutuskan untuk kembali k jember mengurus bisnis keluarganya, dia inbox beberapa kali tp tak ku balas, tak ada niat sama sekali untuk meladeninya. 2011 aura pedekatenya mulai terasa, dia mengajak berkomunikasi secara intens, tidak hanya lewat fesbuk, sms dan telpon, dia mulai berani mengajak bertemu. 

Pertemuan pertama kami sejak lima belas tahun terjadi sekitar bulan Mei 2011, aku menyanggupi permintaannya untuk bertemu saat aku pulang ke Jember. Malam itu, dia mengajakku makan bakso, dia berjanji menjemputku dirumah pukul 07.00 sehabis shalat Isya'. Aku menunggunya, baru jam 8 dia sampai depan rumah, padahal rumah kami hanya berjarak 10 menit, mungkin dia lupa ato tersesat, belakangan baru tahu ternyata dia perlu waktu mengumpulkan keberanian untuk 'ngapel' kerumahku ;). Pertama kali bertemu setelah belasan tahun rasanya aneh, nostalgiapun dimulai. Obrolan kami masih seputar cerita masa kecil dan teman-teman kami. 

Sehabis makan bakso dia mengajakku kerumahnya, itu juga pertama kalinya aku main kerumahnya, aku sempat menolak karna tak terbiasa bertamu ke rumah seorang pria apalagi bertemu ibunya. Tapi apa boleh buat akhirnya aku ngobrol dengan ibunya. Ibunya adalah wanita yang lembut dan sabar, dia heran kenapa tidak pernah melihatku selama ini, padahal kami masih tergolong tetangga, dari obrolan itu aku tau ternyata dia kenal baik dengan keluargaku, teman pengajian dan teman senam ibuku ;). Dan setelah kunjungan malam itu, berkunjung kerumahnya menjadi agenda rutin kencan kami ;)

Setelah hari itu, dia semakin gencar pdkt. Aku masih cuek, tak bergeming, aku anggap dia pria iseng yang terobsesi dengan cinta masa kecilnya. Aku meladeni telpon malam minggunya atas nama pertemanan, tidak lebih dari itu. Waktu itu dia bukan satu satunya pria yg pdkt, ada beberapa pria lain yg juga sedang dekat denganku. Tapi tak bisa kupungkiri ada rasa nyaman saat bersamanya. Kami bisa ngobrol berjam-jam di telpon, bisa bercerita apapun, bisa menjadi apa adanya saat bersamanya, mungkin karna aku menganggap dia teman, jadi tak ada tedeng aling-aling antara kami. *Kesimpulan pertamaku tentang dia, dia tak lagi menyebalkan seperti saat kecil. 

Jika badmood melanda, aku bisa uring-uringan di telpon. Bahkan tak jarang aku marah padanya tanpa sebab yang jelas, tapi dia tak pernah marah, tak pernah sekalipun aku mendengar nanda tinggi darinya. *Kesimpulanku yang kedua, dia pria yang sangat sabar. 

Ungkapan cintanya tak pernah aku gubris. Aku lebih menganggapnya lelucon konyol dari pada menganggapnya serius, aku juga pernah dengan tegas menolaknya. Setelah sekian lama usahanya itu, aku masih menganggapnya pria iseng yang terobsesi dengan cinta masa kecilnya. Dia sering bertanya bagaimana cara meyakinkanku, aku hanya bisa menjawab: "entahlah, mungkin kamu harus sabar". Baginya aku adalah wanita paling PHP (pemberi harapan palsu) sedunia.  Meskipun demikian dia tetap konsinten, tetap menelpon d malam minggu, membangunkanku tiap subuh meski kadang jawabanku cuma "hmm iya". *Kesimpulanku yang ketiga, dia gigih dan pekerja keras. 

Sebagai manusia biasa yang punya batas kesabaran, dia pernah punya keinginan menyerah. Setelah setahun usahanya mengejarku tak membuahkan hasil, dia mencoba mengalihkan pandangannya kepada wanita lain. Dia diperkenalkan dengan seorang wanita oleh saudaranya, dia mencoba untuk membuka hati pada wanita itu, tapi tidak bisa. Dia tetap mengingatku saat bersama wanita lain. Dia pernah mencoba berhenti menghubungiku, usahanya hanya bertahan 3 minggu, dia bilang sangat merindukanku ;). *Kesimpulan keempat, dia benar-benar jatuh cinta padaku. :D

Dia tetap bersikeras, kali ini aku yang menyerah. Hampir dua tahun berlalu, aku masih menjadi wanita paling PHP baginya, dan dia adalah "my saturday nite call". Aku meladeninya, membiarkan dia merayu sekuat tenaga tapi tak bisa menjanjikan apa-apa. Aku ingin melepaskannya tapi dia tetap tak mau pergi. Akhirnya aku mulai bersikap oportunis, seperti artis yang takut kehilangan fans, aku mulai menarik ulur hatinya. Mungkin terdengar sangat jahat, tapi aku sudah mulai terbiasa dengannya ;)

Cerita kami berubah saat aku berangkat umrah (Juni 2013). Aku mulai melunak, tak lagi marah dan brsikap sopan padanya, aku berpamitan dan meminta maaf. Aku tidak ingin segala kelakuan burukku padanya bisa mempersulit ibadahku. Dia bilang dia memaafkanku, dan titip doa supaya dia kuat menghadapiku. Aku hanya bisa tersenyum dan bilang "insyaAllah"

Keajaiban terjadi saat umrah. Seperti jamaah pada umumnya, aku juga memanjatkan doa sebanyak-banyaknya di tempat-tempat mustajabah. Salah satu doa adalah mohon petunjuk tentang siapa yang akan menjadi pendampingku kelak. Hatiku masih dilanda galau, berharap Allah segera memberi jalan kebaikan. Di raudhah, multazam, Jabal Rahmah aku menyebutkan semua nama yang ku kenal, tapi hanya satu nama terbayang wajahnya, itu dia. Setiap doa terbayang dia. Aku tersenyum heran, kenapa diantara semua nama lelaki yang aku sebutkan hanya wajah dia yang muncul dalam pikiran, ajaib. Entah apa yang sebenarnya terjadi, aku hanya meyakini bahwa Tuhan sungguh maha membolak balikkan hati, Dia adalah pemilik hati dan hanya kepadaNya hati akan kembali. Dia pemilik sebenar benarnya cinta dan hanya kepadaNya semua cinta akan bermuara. 

Sepulang umrah kami kembali bertemu, aku harus pulang kerumah pasca umrah karna sakit akibat perubahan cuaca ekstrem. Kami masih seperti biasa, aku juga masih belum yakin apakah memang dia orangnya. Setalah sembuh, aku kembali ke Malang, kami kembali sibuk dengan rutinitas masing-masing. Kami berjanji bertemu kembali saat libur ramadhan dan hari raya, kali ini akan sangat berbeda, aku berhutang satu jawaban padanya. 

Sesuai yang dijanjikan, kami bertemu saat Ramadhan (awal Agustus 2013). Berdalih buka puasa bersama, dia mengajak makan d sebuah resto dikawasan kampus UNEJ. Tidak seperti biasanya, kali ini raut mukanya tegang, seperti sedang menunggu sesuatu. Aku tetap cuek seperti biasa meski sebenarnya jauh dalam hatiku aku galau, entah harus berkata apa nanti jika dia menagih jawaban itu. Aku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta apalagi bilang "iya". Cerita masa lalu yang membuatku sangat hati-hati dengan pria. Bagiku jawaban "iya" itu berarti mengiyakan segala konsekwensi yang akan datang selanjutnya. 

"Berapa lama lagi aku harus menunggumu? Bisakah kau bilang iya kali ini" 
"Bisakah kita seperti ini saja, tanpa status apapun?"
"Tidak bisa, aku takut nanti aku lelah menunggumu, aku tidak ingin itu terjadi. Aku sudah terlanjur janji pada ibuku, aku akan membawamu pulang"
"Bagaimana jika aku tidak bisa?"
"Aku mohon, aku tidak tau harus bagaimana lagi meyakinkanmu"
"Haruskah sekarang?" 
"Bisakah aku memaksamu? Aku rasa dua tahun sudah cukup"

Selepas shalat magrib dan berbuka puasa tetap belum ada jawaban pasti dariku, dia terlihat semakin gelisah. Bukan bermaksud mengulur waktu, aku hanya ingin meyakinkan diriku sebelum bilang "iya". 

"Trus bagaimana jadinya kita?"
"Hmmm baiklaahh"
"Apanya yang baik?"
"Iya aku mau" jawabku datar
"Apanya? Jadi gimana?"
"Hadewwh bisakah aku tidak mengulanginya, iya aku mau, kita jadian, titik"

Wajah tegang itu mulai sedikit memudar, ada aura sumringah yang tidak dapat dia sembunyikan. Kami saling terdiam cukup lama, sesekali kami tersenyum hampir bersamaan. Tidak pernah terbayang sedikitpun dibenak kami akan menghadapi situasi seperti ini. Teman kecil, berpisah, bertemu kembali dan jatuh cinta. Hidup ini memang ajaib. 

Singkat cerita, dua minggu setelah malam itu, dia datang kerumahku untuk melamar. Ini mungkin acara lamaran paling aneh, aku tidak dirumah saat itu, karena urusan pekerjaan terpaksa harus segera kembali k malang pasca lebaran, jadilah lamaran inabsensia :). Acara lamaran lebih mirip acara halal bihalal dan reuni karna memang kami adalah tetangga yang sudah saling mengenal. Semua nada sama, tak menyangka kami bisa "jadian" ;)) Dari pertemuan keluarga itu akhirnya diputuskan kami akan menikah awal tahun 2014. Hebat bukan??  :D

Cinta adalah hal paling ajaib. Kita tak bisa memutuskan akan jatuh cinta kapan dan kepada siapa. Mungkin benar kata Sujiwotejo, menikah itu nasib jatuh cinta itu takdir. Kita bisa memutuskan akan menikahi siapa tapi tak bisa memilih jatuh cinta dengan siapa. Kali ini aku mencoba menjalani takdir dan nasibku. Terbaik dari Tuhan pasti terbaik buat manusia. Semua akan Indah pada waktunya. 

Sabtu, 26 Oktober 2013

Happy Graduation Brother




Barangkali moment yg paling membahagiakan bagi ayah dan ibu saya saat ini adalah melihat adik saya diwisuda. Mengingat track record kuliahnya, semua pasti terpesona melihat dia bisa lulus tepat waktu. Adikku yg dulu malas kuliah sekarang sudah jadi sarjana. 

Achmad Fawaid sudah resmi menyandang gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI) dengan masa studi 4 tahun 4 bulan IPK 5,2. Tidak ada yang menyangka dia bakal lulus tepat waktu dengan IPK yang lumayan, aku salah satunya. Aku adalah orang yang paling keras menegurnya, paling cerewet masalah kuliahnya, dan tau persis bagaimana jatuh bangunnya dia mengyelesaikan skripsi. 

Satu fase dalam hidup telah dia lewati, menjadi sarjana bukan perkara mudah, banyak yang hanya dapat gelar dan tidak mendapatkan apa-apa. Happy graduation brother, Semoga gelar yang disandang menambah ilmu yang dimiliki, menjadi orang yang lebih bijaksana dan bermanfaat bagi sesama. Amiin... 



Rabu, 28 Agustus 2013

Maaf Saya (terpaksa) GOLPUT

Selasa lalu saya mendapat telpon dari ibu dirumah, katanya ada surat panggilan dari panitia pemilu  untuk menggunakan hak pilih dalam pemilu Gubernur Jawa Timur hari ini.
Saya tidak yakin apakah bisa menggunakan hak pilih itu karena sekarang posisi saya berada diluar kota (daerah yg berbeda dengan alamat KTP saya),  dan yup, ternyata benar saya tidak bisa menggunakan hak pilih, saya (terpaksa) golput seperti pemilu sebelumnya. 

Saya tidak menggunakan hak pilih (alias:Golput) bukan karena keinginan saya, tapi karena sistem pemilu langsung yang -masih- tidak berpihak pada orang-orang perantauan seperti saya. Sebagai warna negara yang baik, hari ini saya datang ke TPS dengan teman kos saya yang -notabene- juga perantauan, kami berharap bisa menggunakan hak konstitusional kami dimanapun kami berada. meski tidak yakin bisa, kami mendatangi TPS terdekat, dan seperti perkiraan sebelumnya kami ditolak dengan alasan kami tidak membawa surat panggilan, setelah memberikan sedikit penjelasan akhirnya kami pergi. 

Mungkin ada jutaan warga Jawa Timur yang bernasib sama seperti kami, karena tidak dapat dipungkiri mobilitas warga Jatim sangat tinggi. Contohnya saya, KTP beralamat di Jember tetapi saat ini saya berdomisili di Malang, saya tidak dapat mencoblos di Malang karena panitia pemilu hanya memperbolehkan memilih ditempat sesuai dengan KTP dan/atau dapat memilih ditempat lain dengan membawa surat panggilan (inipun masih debatable). Ini adalah masalah klasik yang hingga saat ini masih belum dapat diselesaikan. 

Sebenarnya untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah Jatim dan KPPU teleh bersepakat untuk meliburkan hari pemilu, tujuannya adalah agar orang bisa pulang kampung nntuk mencoblos. tapi menurut saya cara ini sama sekali tidak efektif. bagi pekerja seperti kami libur sehari lebih baik digunakan untuk istirahat dari pada pulang kampung, selain akan menghemat biaya juga menghemat waktu. bayangkan saja jika orang Pacitan yang bekerja di Banyuwangi mereka membutuhkan waktu sekitar 15 jam perjalanan hanya untuk mencoblos tentu ini sangat merepotkan. Permintaan panitia di TPS untuk menunjukkan surat panggilan bagi warga luar kota juga menurut saya juga merepotkan, apakah ibu saya harus mengirimkan surat panggilan itu melaui pos? Scan? Atau bagaimana? Sama sekali tidak hemat dan membuang-buang waktu. Prinsipnya adalah mudahkanlah cara kami untuk bisa berdemokrasi, bukan malah dipersulit. 

Inilah salah satu kelemahan sistem pemilu yang konfensional, paper based ellection, kita disuruh datang dan mencoblos, di negara maju seperti Amerika dan Eropa sistem ini sudah tidak dipakat lagi, semuanya menggukan sistem elektronik e-ellection, siatem ini tentu sangat efisien, kita tiak perlu datang dan mengantri di TPS, pemerintah tidak perlu lg buang duit milyaran untuk kebutuhan logistik, mencetak suara dll, cukup memencet tombol pilihan di setiap mesin pemindai yang telah disediakan, bisa dilakukan sambil bekerja atau aktifitas lainnya, sekali tekan langsung terdeteksi. Tentunya sistem ini baru bisa berjalan di negara yg sistem administrasi kependudukannya sudah rapi tidak carut marut seperti di indonesia. Mungkin kita masih harus menunggu 10 atau 20 tahun lagi sembari pemerintah menata e ktp. 

Anyway, selamat berpesta demokrasi masyarakat Jawa Timur. Siapapun gubernurnya Semoga kedepan hidup kita jadi lebih indah, amiinn...

Senin, 05 Agustus 2013

Cerita Tentang Dia

Akan aku ceritakan kepadamu tentang dia, bagaimana kami bertemu dan akhirnya kami memutuskan untuk bersama. Dia adalah hati yang terpilih. Kami punya kisah yang panjang dan penuh kejutan, durasi cerita kami memakan waktu bertahun2 bahkan hampir puluhan, sepanjang usia kami sekarang mungkin. Jika dipadatkan ceria kami bisa dibuat FTV, ah mungkin lebih baik dibuat serial tapi tak serumit sinetron. Tapi tidak bisa sekarang aku ceritakan, aku belum menemukan kata2 yang pas untuk merangkumnya, tunggu beberapa saat, kamu akan semakin yakin tentang cinta, jodoh, takdir dan keajaiban. Love in the most incredible magic.