Aku punya saudara baru -yang lagi-lagi- laki-laki, saat ini seluruh keluarga sibuk menyiapkan nama untuknya, membuka-buka kitab, meminta saran orang ’alim, hingga browsing di Internet, semua dilakukan demi menemukan nama yang bagus. Bolehlah kalo Shakerspears bilang ”apalah arti sebuah nama”, tapi bagi keluargaku nama adalah hal penting untuk mengawali hidup, nama bukan hanya identitas pembeda antara satu orang dengan yang lain, tapi lebih dari itu, nama adalah doa orang tua untuk anaknya, yang kelak akan selalu mengingatkannya dalam menjalani hidup.
Ada banyak alasan orang tua memberi nama anaknya, bisa disesuaikan dengan moment dia dilahirkan, misalnya: Anisfu Sya’ban (karena dia dilahirkan pada pertengaha bulan sya’ban), Safitri (karena dia dilahirkan pada bulan hari raya Idul Fitri); menurut bulan dan tanggal dia dilahirkan (Agus, Yanuar, Septina, dan lain-lain); dari urutan anak keberapa dia dalam keluarga (Eka, Dwi, Tri, dan lain-lain) atau gabungan dari nama kedua orangtuanya, yang jelas semua nama itu indah karena itu adalah doa yang akan selalu mengingatkan kita.
Konon katanya untuk memberiku nama ayahku harus berpuasa selama tiga hari dan meminta petunjuk sama guru ngajinya. Akhirnya sang guru ngaji menyarankan untuk memberiku nama ”Hikmah”, karena terlalu singkat ayahku menambahkan kata ”Ula” dibelakangnya, dan jadilah namaku sekarang HIKMATUL ULA.
Hikmah berasal dari bahasa Arab Al-Hikmah yang yang artinya kebijaksanaan, sedangkan ”Ula” berasal dari kata Awwal atau Al-ula yang artinya kesatu/pertama, kata Ula menunjukkan tungkatan, kalo dalam bahasa Inggris, Ula = The First (yang pertama), ini mungkin ada kaitannya dengan statusku sebagai anak perempuan pertama, cucu pertama dari anak pertama (klan Ibu).
Ayahku memberiku nama itu bermaksud mengingatkanku agar selalu menjadi orang yang bijaksana dalam menjalani hidup. Entah mungkin karena efek nama juga aku sangat menyukai angka satu, aku selalu ingin menjadi orang yang pertama, meskipun tak selalu berhasil saat pertama. Sesuatu yang aku pelajari namaku adalah aku harus menjadi orang yang bijaksana dan berjiwa besar dalam menjadi hidup, harus menjadi orang pertama yang tersenyum saat susah, jadi orang pertama yang ikhlas dalam keadaan apapun, meskipun jadi yang pertama itu terkadang sulit, tapi setidaknya aku harus menjadi orang pertama yang berani mencoba.
Aku masih ingat saat sidang pertanggungjawaban tertutup Tesisku, pertanyaan pertama yang ditanyakan dewan penguji adalah ”saudara tau apa atri kata Hikmah?”, lalu aku jawab: ”itu nama saya pak, kurang lebih artinya kebijaksanaan” sang penguji: ”ya itu adalah doa orang tuamu biar kamu jadi orang yang bijaksana dalam menjalani hidup....” dengan senyum lalu kujawab: ”InsyaAllah pak....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar