Jika ditanya moment apa yang paling berkesan saat mengunjungi Madinah, jawabannya pasti saat berdoa di Raudhah. Raudhah (dalam bahasa Arab berarti Taman) adalah sebuah tempat di masjid Nabawi persisnya sebuah tempat diantara rumah Rasulullah (sekarang makam Rasul) dengan mimbar (tempat imam).Tempat ini begitu istimewa, Rasulullah pernah bersabda "Antara rumahku dan mimbarku adalah Raudhah, taman diantara taman-taman surga" (HR Muslim). Raudhah adalah tempat mistajab untuk berdoa, siapapun yang shalat dan berdoa disana, insyaAllah akan terkabul.
Berdoa di Tempat ini tentu menjadi tujuan utama setiap muslim di Madinah. Tapi tak semudah itu untuk memasuki Raudhah. Membutuhkan kekuatan dan tenaga ekstra untuk dapat berdoa disana. Anda harus bersaing dengan ratusan bahkan ribuan orang untuk memasuki tempat yang lebarnya kurang lebih hanya 144 meter persegi itu. Beruntunglah bagi anda kaum lelaki karena dapat mengakses Raudhah dan berziarah ke makam Rasul setiap saat, namun tidak bagi kaum perempuan, Raudhah hanya dibuka pada waktu-waktu tertentu, biasanya dibuka setelah waktu dhuha (sekitar jam 10) dan setelah isya, tapi kadang dibuka setelah dhurur tergantung sintuasi dan kondisi yang memungkinkan begitulah kata askar (petugas keamanan) masjid.
Pengalaman pertama kami memasuki Raudhah sungguh berkesan. Berkunjung ke Raudhah menjadi agenda utama rombongan kami saat tiba di Madinah, kami menggunakan jasa Muthawwif (semacam guide) untuk memudahkan kami memasuki Raudhah. Jadwal ke Raudhah malam hari setelah isya (sekitar pukul 10 waktu setempat) tapi karena saya dan 3 teman sekamar saya terlalu lelah, kami memutuskan untuk mengunjungi Raudhah keesokan harinya.
FYI, saya dan 3 teman sekamar saya kelelahan setelah seharian "itikaf" di Nabawi, saking senangnya kita tiba di Madinah, kita langsung berjamaah di Nabawi mulai dhuhur hingga Maghrib, padahal jarak antara waktu ashar dan maghrib sangat lama, perbedaan waktu itu yang tidak kami perhitungkan sehingga kami lelah menunggu di masjid dan belum sempat beristirahat setelah perjalanan jauh. Al hasil kami kelelahan dan memutuskan untuk tidak ke Raudhah bersama rombongan malam itu.
Keesokan harinya seperti biasa kami selalu Sholat di Nabawi. Setelah acara ziarah ke tempat- tempat bersejarah di Madinah, kami kembali sholat dhuhur di Nabawi. Setelah sholat dhuhur kami tidak langsung pulang, iseng-iseng kami bertanya kepada petugas kebersihan yang kebetulan orang Indonesia kapan Raudhah dibuka. And yup, we were lucky, karena waktu itu Raudhah akan dibuka dan kami disarankan untuk menungggu di depan gerbang pembatas.
Bagi kaum perempuan memasuki Raudhah harus mengantri. Antrian dikelompokkan berdasarkan nama negara atau benua. indonesia termasuk malaysia masuk golongan Asia, ada juga golongan india dan Bangladesh dan orang-orang arab berjubah hitam. Biasanya Askar membawa tulisan nama-nama negara seperti saat perlombaan olah raga untuk memudahkan mengkoordinir jamaah. Tapi percayalah antrean itu tak selamanya berhasi., usaha saling dorong dan serobot masih terjadi.
Untuk masuk ke Raudhah harus melewati beberapa rute. Rute pertama adalah gerbang pembatas antara jamaah lelaki dan perempuan. Gerbang ini harus dibuka dulu untuk bisa melewati area jamaah lelaki, karena Raudhah dan makam Rasul berasa di area jamaah laki-laki. Rute kedua kita harus melewati jalan yang sudah disiapkan askar, jalan ini sebenarnya jalan biasa cuma dibatasi oleh pagar-pagar plastik bongkar pasang yang khusus dipasang untuk jalur perempuan ke Raudhah. Jalur ini dibuat agar kaum lelaki dan perempuan tetap tidak bisa saling "mengintip". Dan jalur terakhir adalah "ruang tunggu", saya menyebutnya begitu karena ditempat inilah kelompok-kelompok tadi menunggu giliran untuk masuk Raudhah. Biasanya kelompok yang didahulukan adalah kelompok orang Arab merjubah hitam dan orang india, postur tubuh mereka besar dan sangat ekstrim saat berdoa, Askar sampai kualahan menertibkan orang-orang ini saat berdoa agar tidak terlalu berlebihan. Kelompok Asia termasuk Indonesia biasanya diurutan terakhir karena postur tubuh kita yang kecil akan lebih aman jika tidak dibarengkan dengan kelompok "jubah hitam". Al hasil, kelompok Asia harus menunggu berjam-jam untuk masuk Raudhah.
Tentang Raudhah ini saya juga sudah dibekali ceritan dan pengalaman oleh Ibu yang sudah berangkat haji. Bahwa di Raudhah sangat ramai, harus berlari untu sampai kesana, harus kuat dan berdoalah sambil sujud agar tidak cepat diusir Askar, karena jika sudah berdiri dianggap sudah selesai berdoa dan Askar akar menyuruhmu keluar karena masih banyak yang mengantri. Tapi bagaimanapun ceritanya, hanyalah cerita, kenyataan yang terjadi kadang lebih mengejutkan.
Kembali pada kami yang sedang menunggu Raudhah. Kami menunggu di deretan Malaysia, kami tidak melihat Askar membawa Tulisan Indonesia, jadi kami anggap kita serumpun dan duduk di deretan Malaysia, tapi jangan coba-coba menerobos antrian dan bergabung dengan negara non-asia, askar akan mengusirmu. Tidak sulit bagi askar untuk mengenali orang asia (khususnya Indonesia) selain dari wajah, kostum yang kami pakaipun berbeda, orang Asia menggunakan mukenah, negara lain hanya menggunakan kain lebar atau berpakaian hitam. Mukenah sangat known well as Asian ;)
Kami mengantri dideretan terdepan, tidak sabar menunggu gerbang pembatas itu dibuka.
Tidak lama kemudian gerbangpun pun dibuka, seperti anak ayam yang lepas kandang kami berlari, entah kami berlari kemana, kami mengikuti jalan berharap jalan itu membawa kami ke Raudhah. Kami terus berlari entah siapa yang mengomando kami berlari, kami melihat orang di depan kami berlari kami pun ikut berlari. Kami terus berlari tanpa pemperdulikan panggilan askar, dibelakang kami askar berteriak "Asia wait, wait asia.." Tak peduli, kami terus berlari sekencang-kencangnya hingga sampai pada suatu tempat segi empat yang dibatasi dengan pagar-pagar plastik, kami yakin inilah Raudhah. Tidak susah memang untuk mengenali Raudhah, dalam Raudah terdapat pilar- pilar besar yang berhiaskan kaligrafi indah berbeda dengan pilar-pilar lain di dalam masjid, karpet Raudhahpun berbeda warna, warna karpet Raudhah biasanya hijau sedangkan karpet yang lain berwarna merah.
Kami masuk Raudhah dengan ngos-ngosan, serasa nafas sudah ada diubun-ubun, inilah mengapa berlari tanpa pemanasan sangat tidak disarankan karena sangat berbahaya hehe, tapi karena lari kami cukup kencang, kami sampai lebih dlu di Raudhah dari Askar-askar itu. Kami adalah orang pertama sampai di Raudhah, Raudhah sepi, kami langsung ambil tempat pojok disamping makam Rasul, kami sempatkan untuk shalat, tapi tak sampai genap kami shalat dua rakaat, puluhan bahkan mungkin ratusan orang masuk Raudhah bersamaan, merekalah kelompok orang Arab berjubah hitam. Kami tak bisa shalat dengan tenang, mereka sangat ganas, begitu mereka masuk tak peduli apapun mereka langsung mendekat ke makam Rasul tempat kami shalat, tak mempedulikan apakah ada orang sholat atau tidak semua diterjangnya, al hasil saling sikutpun terjadi dan kami terjepit diantara orang-orang berbadan besar.
Kelompok berjubah hitam itu berdesak-desakan masuk. Mereka berdoa sambil meratap, bahkan ada yang memaksa meloncat pagar makam Rasul, para askarpun bertindak mengamankan, menarik narik orang- orang berjubah hitam agar tidak meloncat pagar, agar beribadah dengan tertib dan tidak berlebihan, "haram ya hajjah, haram" askar terus berteriak memperingatkan orang-orang itu, namun orang2 itu seperti kerasukan dan tiba-tiba"bukk.." Salah satu dari perempuan berjubah hitam itu jatuh tersungkur di depan kami, entah apa penyebabnya mungkin ditarik askar hingga dia tersungkur, ajaib, yang lain tak peduli tetus saja merangsek, dan kami semakin terjepit. Melihat kami yang terjepit askar menyuruh kami berdiri dan agak mundur. Kami berdiri sambil terus berdoa, juga seolah tak terganggu dengan chaos yang terjadi disekitar kami. Kami terus berdoa sambil bergandengan tangan, takut diantara kami ada yang terjatuh dan terinjak, kami saling merekatkan pegangan. Perlahan kami berser dan bergeser hingga mendekati jalan keluar. Demi keamanan kami memutuskan untuk menyudahi agenda doa di Raudhah siang itu dan berjalan menuju pintu keluar.
Begitu sesampainya di luar area Raudhah, kami bisa bernafas dengan lega, kami saling memandang, saling melempar senyum dan menertawakan keadaan kami yang kacau balau akibat berdesak-desakan, mata kami masih sembab tapi kami puas.
Entah apa yang ada dipikiran kami saat berlari menuju Raudhah, mungkin itu sugesti atau terlalu bersemangat sampai tak tahu jika harus mengatri. Waktu itu saya hanya teringat cerita-cerita ibu saya, katanya memang harus berlari, ya kami berlari tanpa memperdulikan apapun, hingga akhirnya kami terjebak di dalam dengan kerumunan orang-orang berjubah hitam.
Pengalaman kami mungkin tidak untuk ditiru, agar dapat berdoa dengan tenang dan tertib maka harus mengantri, tidak perlu berlari-lari seperti kami. Berdasarkan pengalaman pertama kami, kami memutuskan untuk mengunjungi Raudhah lagi keesokan harinya, tapi kali ini dengan tata cara yang benar, kami mengantri beserta rombongan yang lain ditemani oleh Muthawwif. Alhamdulillah kami tidak terlalu lama menunggu, karena waktu kami tiba di Masjid pintu pembatas sudah dibuka dan kami duduk mengantri di ruang tunggu. Pada kunjungan kedua ini kami bisa shalat dan berdoa dengan khusyuk tanpa takut tergencet atau terinjak karena ada muthawwif yang menjaga dan mencarikan kami ruang kosong. Kami berdoa lama, menangis, memohon, menyebutkan semua permohonan, memanggul semua nama yang dikenal, berharap Ridho Allah dan Syafaat Rasulullah.
Bagaimanapun pengalaman pertama kami di Raudhah begitu istimewa yang mungkin tidak dirasakan oleh rombongan yang lain. Semoga Allah mengabulkan doa-doa kami, amiin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar