"Hati-hati di makkah banyak copet" kalimat itu selalu yang diucapkan nenek saat menelpon. Kalimat itu seolah aneh mengingat ini ditanah suci, apa iya ada copet, pencuri atau sejenisnya. Tapi percaya atau tidak memang begitulah adanya, ditanah suci banyak copet, dan sayapun jadi korban. Tas saya dicuri saat di toilet.
Sore itu saya sedang berwudhu' di toilet depan pintu 1 (Abdul Aziz), tas pinggang warna merah saya letakkan diatas tempat tas sebagaimana mestinya. Awalnya saat saya berwudhu saya masih melihat itu aman karena berada tepat di depan saya, tetapi saat saya menunduk dan membasuh kaki tiba-tiba jreeenngg tas saya sudah tidak ada. Betapa paniknya saya saat itu karena didalam tas itu ada dua handphone, Ipad, Alquran dan air zam-zam yang sudah saya bawa umroh. Saat itu saya tidak sendiri, saya bersama dua orang teman (Bu Jum dan Bu Arif) yang juga sedang berwudhu' tidak jauh dari tempat saya, tak ada satupun yang melihat kejadian itu, karena memang suasana sedang ramai menjelang shalat maghrib, semua berlangsung cepat dan tiba-tiba semua lenyap.
Kami panik, kami tidak tahu harus minta tolong siapa karena roaming bahasa. Penjaga keamanan disana tidak mengerti bahasa inggris apalagi bahasa indonesia. Singkat kata kami panik berat. Kami mencoba menelusuri di kamar mandi tapi tas saya tidak ditemukan, hingga kami diusir bagian cleaning service kamar mandi karena sudah waktunya shalat maghrib dan toilet akan ditutup untuk dibersihkan. Akhirnya kami meninggalkan toilet masih dengan hati yang kalut. Yang paling membuat saya cemas adalah saya tidak bisa menghubungi atau dihubungi siapapun karena handphone telah raib, saya juga tidak hafal satupun nomor handphone, semua di phonebook, termasuk nomor tlp nenek saya di Jeddah.
Teman saya menyarankan saya untuk shalat taubat dan memperbanyak istighfar, karena peristiwa tersebut mungkin akibat kesalahan-kesalahan saya dimasa lalu. Setelah shalat magrib saya shalat taubat, mohon ampun dan berdoa kepada Allah, mungkin selama ini saya terlalu narsis (banyak foto di Ipad), sombong atau kurang beramal hingga semua barang berharga saya hilang, tapi saat itu juga saya mengikhlaskan apapun kehendak Tuhan, jika memang hilang semoga ada pengganti yang lebih baik, jika memang masih menjadi rejeki saya akan kembali, tak lupa saya juga mohon petunjuk agar Tuhan memberi saya jalan untuk bisa menghubungi nenek saya.
Tak lama kemudian, terbersitlah sebuah ide di benak saya, saya harus menghubungi seseorang, Haru Permadi. Haru adalah teman sekantor saya, saya ingat dulu saya pernah mengajaknya makan d warung sate milik paman saya di Malang, di warung itu ada papan nama beserta no telp paman saya, nah dari paman saya itu saya berharap mendapat no tlp nenek saya di Jeddah. Akhirnya saya meminta bantuan Bu Jum untuk menguhungi Haru, karena kami juga teman sekantor. Singkat kata, meskipun dengan bersusah payah (karena memang waktu itu jam menunjukkan pukul 00.00 WIB dan warung sate sudah tutup) Haru berhasil mendapatkan no tlp paman saya dan akhirnya saya juga berhasil mendapatkan nomor tlp menek dan menghubunginya.
Ternyata tak disangka diwaktu yang bersamaan nenek saya di telp oleh seseorang mengaku sebagai pengawas kamar mandi yang telah menemukan handpon saya yang hilang, alangkah terkejutnya nenek saya mendengar bahwa hanpon dan barang-barang saya ditemukan bereceran di kamar mandi oleh cleaning service. Penelpon itu menanyakan siapakah pemilik barang-barang ini, nenek saya bilang bahwa memang barang itu milik cucunya dari Indonesia yang sedang umroh. Si penelpon itu meminta nenek saya untuk segera mengambil barang tersebut saat itu juga di kantor penjaga kamar mandi, tapi waktu itu posisi nenek lagi di pasar, selain itu jarak Jeddah - Makkah cukup jauh, sekitar 2-3 jam perjalanan darat, dan akhirnya mereka bersepakat untuk bertemu keesokan harinya di tempat itu pukul 03.00 sore waktu setempat. Waktu itu Nenek juga bingung mau menghubungi saya, Bagaimanapun, Nenek harus menemukan saya dulu sebelum mengambil barang itu, menelpon Ibu dirumah tidak membuahkan hasil, karena Ibu saya jg tidak tahu nomor lain selain no hp yang raib itu. Nenek pasrah hingga akhirnya saya berhasil menghubunginya berkat bantuan Bu Jum-Haru-Paman.
Keesokan harinya nenek mengunjungi saya di hotel, kami kangen-kangen-an sambil menunggu jam 03.00 untuk mengambil barang. Nenek saya jarang pulang ke Indonesia, bisa tiga tahun atau lima tahun sekali, tergantung ada moment penting atau tidak, jadi sekalinya bertemu banyak cerita yang kami bagi. Nenek bercerita tentang seseorang yang menelponnya semalam perihal tas saya yang hilang, tapi saya tidak mau berspekulasi, bisa saja tas saya kembali tapi isinya habis, entah.
Tepat jam 03.00 kami ke Masjidil Haram, tujuan utamanya adalah toilet bertemu dengan sang supervisor, untunglah saya bersama nenek yang jago bahasa Arab jadi tidak roaming. Kami langsung menuju ruangan di sudut "hammam", tidak lama kemudian muncullah seorang wanita tinggi besar berkulit gelap, dialah Ummu Ayyub sang supervisor. Kami dipersilahkan masuk keruangannya, nenek berbicara padanya, saya tidak mengerti apa yang mereka bicarakan yang jelas pasti tentang barang saya yang hilang. Ummu ayub mengeluarkan sesuatu dari lokernya, saya kira itu tas saya berwarna merah, ternyata bukan, itu tas kresek lecek warna putih. Alangkah terkejutnya saya ketika Ummu Ayyub membuka isi kresek lecek itu, Subhanallah itu Ipad dan hanpon saya, dua-duanya selamat. Ummu Ayyub bertanya: "apa ini barangmu?"
"Iya " aku mengangguk haru, aku langsung mengambil tas kresek itu dan memeluknya erat-erat.
Kemudian saya sadar, kemana perginya tas merahku? Rasanya tidak mungkin jika barang berharganya bisa kembali begitu saja. Setelah mendengar penjelasan Ummu Ayyub barulah kami mengerti ternyata sang pencuri membuang Ipad dan hanpon saya d depan kamar mandi lalu membawa kabur tas merah saya yang hanya berisi Alquran dan dua botol zam zam. Barang-barang saya ditemukan oleh cleaning service yang membersihkan kamar mandi saat maghrib lalu menyerahkannya kepada Ummu Ayyub dang supervisor. Ummu Ayyub menyadari itu barang penting jadi dia berinisiatif untuk melacak panggilan di hanpon saya -yang kebetulan panggilan terakhir adalah dari nenek, dan akhirnya terjadilah komunikasi antara ummu ayyub dengan nenek.
Subhanallah rasanya haru bukan main, bagaimana bisa barang-barang seberharga itu tidak jadi dicuri, entah apa yang ada dipikiran pencuri itu, tidak mungkin dia hanya tertarik dengan tas yang tidak ada harganya itu, kata orang-orang ini ajaib, Wallahu'alam. yang jelas saya sangat lega dan bersyukur karena Ipad saya masih berumur satu bulan dan berisi segala macam dokumentasi selama umroh akhirnya kembali dengan selamat.
Ada dua hal penting yang saya petik dari peristiwa itu, pertama kepasrahan, tanah suci adalah tanah Tuhan, meski tak semua orangnya suci, tapi tak ada yang bisa kita lakukan disana selain berpasrah terhadap apapun yang akan terjadi. Jika sudah berpasrah dengan selalu berprasangka baik kepada Tuhan, maka semua halangan akan ringan. Jika kita berdoa dengan sungguh sungguh dan berpasrah Tuhan akan memberikan jawabannya. Kedua adalah keikhlasan, saat pertama sadar bahwa tas saya hilang, saya sudah berikhlas kepada Tuhan, karena apapun yang saya miliki berasal dari Tuhan dan kapanpun Tuhan berhak mengambilnya. Iklhas membawa ketenangan, hidup terasa mudah dan tanpa beban jika sudah bisa ikhlas ;))
Oh ya satu lagi, di tanah suci mungkin akan banyak kejadian aneh diluar nalar. Somehow ada hubungannya dengan amal perbuatan kita sebelumnya. Teruslah berprasangka baik (positive thinking), begitulah Tuhan yang maha ajaib, menunjukkan kuasanya tanpa kita sadari. Subhanallah.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar