Selasa, 25 Juni 2013

Doa Tujuh Putaran




Apa yang kamu rasakan ketika melihat ka'bah pertama kali? Tanya ayahku
Speachless, luar biasa jawabku singkat. Ya memang itulah yang aku rasakan ketika melihat ka'bah live untuk pertama kalinya, speechless. 
Secara harfiah Ka'bah berati tempat yang paling tinggi atau tempat yang diutamakan. Menurut sejarahnya ka'bah yang sekarang kita lihat itu adalah peninggalan Nabi Ibrahim AS dan telah direnovasi beberapa kali hingga menjadi seperti saat ini. Bangunan segi empat dengan kiswah hitam itu memang sangat istimewa, selain menjadi simbol peradaban Islam, Ka'bah juga berperan sebagai pemersatu ummat islam di dunia, tidak peduli dari manapun asalnya, saat shalat semua menghadap ke arah kiblat (ka'bah). 
Ibadah haji atau umroh mengajarkan kita toleransi, di masjidil haram kita akan melihat berbagai macam orang dari berbagai belahan dunia, ras etnis, bahasa warna kulit semua bersatu, tak ada saling menyalahkan (apalagi saling sesat menyesatkan) sekalipun cara beribadah mereka berbeda tapi sepanjang kita menyebutkan Tuhan yang sama, menghadap ke arah yang sama, merekalah saudara kita. Jadi -menurut saya- seharusnya orang yang sudah pernah berkunjung ke Baitullah memiliki kepekaaan sosial dan toleransi yang lebih tinggi dibandingkan yang belum. 
Ibadah yang sangat berkaitan dengan Ka'bah ini adalah Thawaf yaitu mengelilingi ka'bah sebanyak tujuh putaran, dimulai dan diakhiri dari Hajar Aswad. Meski demikian, thawaf tidak ada sangkut pautnya dengan ritual penyembahan berhala pada zaman jahiliyah. Thawaf bukan penyembahan kepada ka'bah, melainkan penghormatan terhadap sejarah, kita menyembah dan berserah kepada Dzat yang telah memelihara Ka'bah (Allah SWT). 
Hidup tak lain bagaikan roda, berputar dengan Ka'bah (Tuhan) sebagai epicentrumnya. 
Thawaf adalah bentuk kepasrahan manusia pada sang pencipta, angka tujuh dalam ritual thawaf melambangkan sebuah proses kehidupan. Bahwa manusia itu bermula dan berakhir diantaranya ada sebuah proses, tak ada yang instant termasuk dalam penciptaan semesta sekalipun, yang mutlak ada hanya Tuhan. 
Ada lantunan doa dalam setiap putaran. Dalam tujuh putaran itu aku tidak hanya berdoa untuk diriku, tapi juga untuk mu, kita, dan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar