Kamis, 19 Mei 2011

Being a Notary

Dulu, tak pernah terlintas sedikitpun dibenak saya untuk menjadi seorang Notaris, Notaris tidak masuk dalam daftar cita-cita saya, saya sama sekali blank tentang dunia Notaris, apa dan bagaimana. Bahkan saat saya “terjebak” dalam dunia hukum, saya tidak tertarik dengan dunia ini.

Namun sepertinya Tuhan memang mempersiapkan jalan ini untuk saya. Saat lulus dari Strata Satu Ilmu Hukum, ayah saya menginginkan saya untuk melanjutkan studi. Saya bingung program apa yang harus saya pilih, Magister Ilmu Hukum, Magister Kenotariatan, Magister Humaniora, atau kabur saja pergi mencari kerja.

Pada saat itu saya berpacaran dengan seorang lelaki yang bercita-cita menjadi Notaris, maka atas saran dia juga saya memilih melanjutkan studi di Magister kenotariatan, meski pada akhirnya kamipun harus berpisah saat saya berhasil lulus dengan nilai terbaik dari Magister Kenotariatan.

Dari Magister Kenotariatan inilah saya mengetahui dunia Notaris dan belajar menjadi seorang Notaris. Dan setelah saya lulus saya langsung direkrut bekerja di Kantor Notaris milik Dosen saya. Jadilah saya menukuni pekerjaan sebagai asisten notaries selama setahun belakangan ini.

Saya menamai pekerjaan ini sebagai “Perumus Keinginan dan Janji”, tugas utama seorang Notaris adalah Merumuskan keinginan dan Janji-Janji dua pihak yang bersepakat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar keinginan itu terlaksana. Mengapa harus ada Notaris di didunia ini? Karena terlalu banyak Manusia yang berjanji dan tidak bisa menjaga komitment pada janjinya. Lingkup kerja Notaris bukan hanya berkutat pada “Hitam diatas Putih” tapi juga pada menjamin keselamatan “formal” antar pihak yang saling berjanji.

Mungkin orang awam melihat pekerjaan/profesi ini sangat sederhana, membuatkan perjanjian dan menandatanganinya. Namun dibalik itu, Notaris memiliki tanggung jawab besar terhadap akta/perjanjian yang dibuatnya, menjamin otensitas dan kebenaran formalitas suatu perjanjian itu, dan sayangnya di Negara ini banyak hal “formal” yang dibuat dengan “tidak formal” yang suatu saat bisa menjadi boomerang bagi Notaris. Sebagai manusia biasa Notaris boleh saja salah, tapi Akta Notaris tak boleh meleset, harus tepat dan benar.

Tidak mudah untuk menjadi Notaris yang baik, butuh ketelitian dan kejelian yang luar biasa (dua hal yang tidak saya punya). Saya banyak belajar tentang ketelitian dan kejelian, bagaimana memahami keinginan orang, merumuskan janji dan membuat mereka berkomitmen dengan janji itu. Tentunya dengan memperhatikan syarat-syarat formal agar semuanya selamat sampai tujuan.

Namun pada akhirnya, bukan jalan ini yang saya pilih. Saya parkir dulu Keingingan untuk Menjadi Notaris. Tuhan telah menunjukkan jalan lain untuk saya, saya kembali pada dunia akademis. Mungkin ini saatnya Tuhan mengabulkan permohonan saya yang lain. Masa depan tetaplah menjadi misteri, entah berujung dimana, saya akan terus menjalaninya dengan baik, penuh rasa syukur dan optimis, karena saya percaya semua akan indah pada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar