Rabu, 18 Agustus 2010
Mendekatkan yang Jauh dan Menjauhkan yang Dekat
Beberapa waktu yang lalu aku jalan-jalan dengan temanku, seorang teman lama. Selayaknya seorang teman yang sudah lama tidak bertemu pastilah banyak cerita yang ingin dibagi, dan aku punya banyak stok cerita yang akan aku bagi dengannya. Tapi ternyata jauh panggang dari api, pertemuan yang aku harapkan akan menggebu-gebu berubah menjadi hambar gara-gara ponsel canggih itu.
Awalnya semua berjalan dengan lancar, tapi lama-lama ponsel canggih itu menggangguku. Seperti biasa aku bercerita dengan menggebu-gebu kepadanya tentang ini dan itu, tapi dia malah sibuk asik sendiri ber ’pesan-pesan’ ria lewat ponsel canggih itu, -tidak seperti biasanya- dia hanya sesekali menimpali ceritaku dengan jawaban singkat, lalu dia kembali lagi dengan ponsel canggihnya. Dia selalu melakukannya, saat berjalan, saat menyetir, saat bicara, bahkan saat makan (asal kau tau kawan dia selalu makan menggunakan sendok, meskipun makanan yang dia makan tidak selalu memungkinkan dimakan dengan bantuan sendok), yah alasannya pastilah tidak mau mengotori tanggannya dan itu akan menghambat dia ber’pesan-pesan’ ria lewat ponsel canggihnya itu.
Aku geram sekali pada temanku ini, sesekali aku memintanya untuk menghentikan aktifitas dengan ponselnya, tapi dia berdalih, katanya ini dalam rangka melatih otak tengahnya atau istilah keren-nya ”multy tasking”, begitulah kira-kita...
Kalo aku tidak ingat betapa mahalnya harga ponsel itu, aku sudah mengambil ponsel canggih itu dan melemparkannya kejendela atau membantingnya hingga hancur berantakan, atau menceburkannya dalam gelas minumanku agar tanda pesan itu tidak lagi berbunyi dan temanku ini bisa mendengarkan ceritaku dengan saksama......
Tapi, memang bukan hak-ku untuk menghujatnya, karena mungkin dia sedang ber’pesan-pesan’ ria dengan kekasihnya atau teman-temannya yang lain. Tapi sungguh tidak mengenakkan berada disamping orang yang menganggapmu tidak ada.... (menyebalkan sekali...)
Sejujurnya aku tidak menyukai kebiasaan temanku ini, karena mungkin sedikit banyak pengaruh doktrin ayahku. Ayahku pernah bilang, jangan melakukan hal lain selagi makan (misalnya berbicara, telp atau sms), perhatikan lawan bicaramu saat berbicara karena itu berarti menghormatinya, lakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh hingga selesai, baru melakukan hal lainnya, begitulah pesan beliau.
Kadang teknologi yang canggih (di era multy tasking) ini sering merubah manusia menjadi orang yang individualis dan anti-sosial hingga menjadi dholim kepada orang lain, mungkin benar jika ada orang yang menyatakan bahwa ”Teknologi saat ini dapat Mendekatkan yang Jauh dan Menjauhkan yang Dekat”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar