Rabu, 02 November 2011

Go To d' Dentist (Part II)

Setelah sebelumnya check up pertama berjalan lancar, kini saatnya menerukan pengobatan. Kali ini agendanya membuka sumbatan pada lubang gigiku. Sebelumnya gigiku diberi sumbatan kapas dengan campuran obat untuk mematikan syarat, kali ini waktunya membuka kembali sumbatan itu dan melihat apakah syarat gigi benar-benar sudah mati.

Kunjungan kedua ini aku sudah bisa mengendalikan emosi, tidak segugup kunjungan pertama, mungkin karena dokter Gatot telah meyakinkan berulangkali bahwa apapun yang akan dia lakukan tidaklah sakit. Aku hanya perlu membuka mulut dan relaks, maka semua akan berjalan baik.

Dengan tangannya yang sudah terampil Sang Dokter membuka sumbatan itu, membersihkan sisa-sisa sumbatan hingga bersih dan lagi-lagi menyuruhku berkumur dengan air yang telah disediakan disampingku.

Tak lama kemudian barulah dia mengeluarkan sebuah alat, panjang yang tersambung dengan kabel listrik. Jika aku tidak salah mungkin alat itu didalamnya terdiri dari tiga bagian, bagian pertama semacam alat semprot mini yang berfungsi mengeluarkan air untuk membersihkan kotoran dalam gigi, bagian kedua tabung udara yang berfungsi memberikan tekanan udara saat air keluar, dan yang terakhir adalah semacam alat bor kecil yang bunyinya sungguh menakutkan.

Sewaktu alat itu dimasukkan kedalam mulutku sontak tubuhku yang awalnya relaks menjadi tegang, membayangkan mesin bor dimasukkan kedalam gigiku, aih sungguh mengerikan aku menutup mata dan berkali berteriak kecil. Tapi sang dokter terus saja mengoceh ini dan itu dan tetu saja dia bilang ini tidaklah sakit dan akan baik baik saja.

Alat semacam mesin bor itu ternyata digunakan untuk memotong sebagian gigiku. Lubang gigi diperbesar tujuannya agar lebih memberikan udara pada lubang gigi. Saat dilakukan pemotongan, suaranya sangat menakutkan semacam bunyi gergaji mesin.
Setelah proses pembersihan selesai, dokter Gatot menjelaskan langkah akhir yang harus dilakukan pada gigiku. Dia menyarankan dengan sedikit memekasa bahwa gigiku harus dicabut. Menurutnya gigiku yang berlubang sudah tidak bisa ditambal, menambal gigi tidak akan menyelesaikan masalah gigiku yang lubangnya sudah sangat dalam, dan lagi geraramku yang rusak itu seharusnya memang dibuang untuk memberikan ruang untuk geraham paling akhir tumbuh.

Entahlah aku tidak terlalu paham persoalan gigi. Aku juga tak punya kenalan dokter gigi yang bisa memberiku penjelasan secara komprehensip tentang masalah gigiku ini. mungkin untuk saat ini pendapat dokrer gatotlah yang paling jitu untuk masalah gigi dan aku mengiyakan saja.

Tapi dia tidak bisa melakukan pencabutan gigi pada hari itu juga, karena syarafku masih belum normal, kalo dipaksakan dicabut akan terasa sakit. Dokter Gatot menyarankan untuk kembali minggu depan atau selambat-lambatnya empat minggu kedepan, karena makin lama gigiku akan sakit kembali.

Untuk menghindari infeksi dan menjaga kebersihan gigi untuk sementara lubang gigi disumbat dengan kapas. Mungkin akan sedikit merepotkan jika harus bongkar pasang kapas untuk menutup lubang setiap kali makan, tapi itulah yang bisa dilakukan untuk menjaga kebersihan lubang dari kuman dan sisa makanan, hingga nanti gigiku siap untuk dicabut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar