Selasa, 26 Juli 2011

Bollymania




Lucu sekali rasanya mendapati diri saya menyanyi lagu India. Akhir-akhir ini saya kembali bersosialisasi dengan bollywood, ini semua gara-gara housmate baru di tempat kos yang bollymania abiz. Dia seperti kamus bollywood berjalan, tanyakan apa saja tentang film atau lagu india padanya, dia akan bercerita lengkap dengan lagunya. Dia tidak pernah melewatkan film India setiap selasa dan rabu di MNC TV meski dia sudah hafal jalan ceritanya. Jika sabtu dan minggu jam 11 sampai jam 2 siang dia akan setia mendengarkan lagu-lagu India di radio Tidar Sakti dan me-request lagu kesukaannya. Melihatnya, mengingatkan saya pada teman semasa SMA yang juga penggila bollywood.

Harus saya akui Briptu Norman dengan video lipsingnya sangat berperan dalam menghidupkan kembali dunia bollywood di Indonesia yang sempat tenggelam. Film film India sempat merajai hiburan Indonesia pada tahun 1990-an, dan puncaknya setelah adanya Film Kuch-Kuch Ho Ta Hai pada sekitar tahun 1995 yang diikuti juga dengan menjamurnya rental film. Namun sejak sekitar tahun 2002 minat masyarakat terhadap film india mulai menurun dan beralih pada film-film atau drama asia.

Sejak fenomena Briptu Norman film-film India mulai duputar lagi di televisi. Meski film-film yang ditayangkan bukan film baru dan hanya mengulang-ulang dari film-film jadul yang pernah booming, setidaknya bisa sedikit mengobati kerinduan atas sosok “Rahul”

Film India selalu memunculkan tradisi lewat nyanyian dan tariannya. Nyanyian dan tarian adalah faktor terpenting dari film India, karena dari sinilah sebenarnya emosi cerita diinterpretasikan. Ketegangan akan digambarkan dengan halilintar, angin kencang dan diikuti oleh hujan deras, jika sedang jatuh cinta sepasang kekasih akan menyanyi dihamparan kebun bunga yang luas sambil kejar-kejaran dan bersembunyi di balik pepohonan atau berlari-lari kecil di pinggir pantai yang eksotis. Unsur air, angin, dan bunga tidak pernah lepas dari adegan-adegan di film India. Karena itulah film India terkenal lebay, mendeskripsikan sesuatu adegan yang dramatis dan syair lagu yang hiperbolis. Seperti lirik lagu ini:

Tu hai meri hai barkart
Tu hai meri ibadat
Aur kuch na janu
Pas it na hai janu
Tujh mein rab dikhta hai ya ra mein kya karu
Sajhde sarjukhta hai ya ra mein kya karu
(Rab Ne Bana di Jodi)

terjemahan bebasnya kurang lebih seperti ini:
kamu adalah anugerah, kamu adalah ibadah, aku tidak tahu yang lain lagi, kecuali aku melihat Tuhan dalam dirimu, aku tidak tahu harus bagaimana aku hanya bisa berlutut dihadapanmu...

Hal yang tidak saya suka dari film India adalah tidak jujur, meskipun selalu menampilkan tradisi tapi pengambilan gambar dilakukan diluar India seperti London, New Zeeland, Amerika dan tempat-tempat yang memiliki pemandangan alam yang indah, mungkin ini dapat dimaklumi mengingat India adalah Negara padat penduduk yang penataan kotanya kurang bagus.

Namun demikian, ada beberapa Film ini yang layak mendapatkan penghargaan dan wajib ditonton: Three Idiots, Slamdog Milionaire dan My Name Is Khan. Tiga film ini sangat inspiratif. Diantara semua aktor india yang ganteng-ganteng, saya mengagumi Syakh Rukh Khan karena meski sudah berumur dia tetap sexy dan kharismatik.

Ah sudahlah biarlah mereka bilang saya ini lebay karena menyukai film India, hidup ini terlalu singkat jika dilewatkan dengan hanya menyukai satu hal saja, sesekali menyukai hal yang aneh akan terasa menyenangkan. Hm hm... I love Bollywood ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar