Minggu, 21 Agustus 2011

Puasa bersama Nenek

Ini pertama kalinya aku menjalankan ibadah puasa di tanah leluhurku, meski dulu aku pernah menghabiskan masa SMP disana tapi saat bulan puasa aku memilih mudik ke rumah ibu di Jember. Cuaca di madura memang tidak terlalu bersahabat saat bulan puasa, panas, tapi pengalaman pertama ini sangat penyenangkan.

Saat bulan Ramadhan, rumah kami menjadi pusat kegiatan anak-anak. Orang Madura dikenal sangat religius, saat bulan ramadhan sekolah madrasah (SD) libur, anak-anak banyak menghabiskan waktu di masjid atau mushalla, karena rumah nenek berselebahan dengan masjid terbesar di kampung dan dirumah nenek juga terdapat mushalla khusus putri jadilah rumah kami sangat ramai saat bulan puasa.

Kegiatan mengaji dimulai pukul 10.00 pagi hingga pukul 15.00 sore, waktu lima jam itu terasa sebentar karena mereka tidak hanya mengaji, mereka juga bisa bermain dan nonton tv.

Anak-anak yang mengaji di rumah nenek sebagian besar berasal dari keluarga pra-sejahtera, dan tidak punya televisi, ada juga yang sudah yatim piatu atau ditinggal orang tuanya menjadi TKW/I di luar negeri. Kadang mereka tak mau pulang hingga menjelang maghrib, kami sering menyiapkan makanan ekstra buat mereka.

Bagaimana denganku? apa yang aku lakukan? Tak banyak yang aku lakukan disana, seperti biasanya aku menjadi baby sitter, menemani sepupuku yang paling bungsu bermain, mengajarinya berjalan dan menjaganya dari hal-hal yang membahayakan, sementara ayahnya mengajar mengaji anak-anak dan ibunya memasak. Sesekali aku juga ikut bermain bersama anak-anak, atau membantu nenek dan tante menyiapkan hidangan buka puasa dan tadarrus.

Menyenangkan sekali melihat anak-anak semangat mengaji, serasa seperti dalam lagu “Suasana di Kota Santri” ;)

Suasana di kota santri
Asik senangkan hati
Tiap pagi dan sore hari
Muda mudi berbusana rapi
Menyandang kitab suci
Hilir mudik silih berganti
Pulang pergi mengaji.

Mungkin yang agak menyebalkan adalah peringatan Imsaknya yang –keterlaluan- dini, mulai pukul 12.00. menurut takmir masjidnya, ini dilakukan untuk membangunkan orang agar mau shalat malam dan memasak untuk makan sahur.

Diantara semua alarm alam pembangun sahur seperti ayam jago, jangkrik, kodok, tokek dan kawan-kawan, yang paling menggelegar dan berhasil membuatku langsung terperanjat bangun adalah suara sapi tetangga sebelah yang suaranya seperti paduan suara sedang konser dengan sound 5000 mega volt, maooooooooo....., keras banget. Aku sempat pengen mengabadikan suara sapi-sapi itu sebagai ring tone di hapeq, tapi aku urungkan karena sapinya ternyata sangat galak.

Puasa bersama nenek, kakek, dan keluarga disana, mungkin akan menjadi agenda tahunanku. Untuk saat ini aku masih belum berbuat banyak untuk anak-anak itu, tunggulah tahun depan, aku akan datang lagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar