Ospek akronim dari orientasi pendidikan. Dikampus saya ospek dikenal dengan istilah PK2 MABA –saya kurang tau juga apa artinya, tapi tujuannya kurang lebih untuk mengenalkan kepada mahasiswa baru tentang apa yang namanya kampus dan isinya. Semacam welcome ceremony bagi mahasiswa baru. Tahun ini kampusku menerima kurang lebih 14.000 maba, angka ini naik sekitar 25% dari tahun sebelumnya. sebuah angka yang fantastis menurut saya mengingat daya tampung dan mahalnya biaya pendidikan disana.
Ini ketiga kalinya saya mengikuti ospek dengan posisi yang berbeda, pertama tentu saja sebagai mahasiswa baru peserta ospek, kedua sebagai panitia ospek dari mahasiswa, dan ketiga sebagai dosen penyelenggara ospek, dosen baru lebih tepatnya.
Perubahan posisi dalam kegiatan ospek juga berpengaruh pada cara pandang saya terhadap ospek, saat menjadi Maba pada tahun 2003, tak ada apapun yang dipikirkan kecuali mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan antusias meski terkadang kesal karena harus begadang mengerjakan tugas yang konyol dari kakak senior.
Tahun 2004-2005 saya menjadi panitia ospek dari mahasiswa. Cara pandangpun berubah, saya menempatkan diri sebagai senior, tidak lagi menjadi ‘obyek’. Pada fase ini, pola pendekatan yang digunakan adalah senioritas, pola hubungan yang dibangun adalah senior-junior, kakak-adik. Pola hubungan seperti inilah yang sering menimbulkan arogansi dikalangan kakak paitia ospek –sebagai senior- yang tidak mau disalahkan, anti protes dan cenderung mengintimadasi. Saya pikir tak ada yang salah dengan itu, selama nilai yang ingin dibangun adalah cinta almamater dan penguatan karakter. Tentu sepanjang tidak bertentangan dengan norma hukum dan etika yang ada.
Dalam pada itu, sebenarnya ada pertarungan nilai disana, ada muatan nilai-niai yang ingin disampaikan senior. Menanamkan jiwa pemberontak, jiwa berani untuk melawan, jiwa ketidaksukaan terhadap kekerasan, sehingga jika pada saat pelaksanaan ospek ada maba yang berani menantang senior, justru senior senang karena provokasinya berhasil dan doktrinasi itu berjalan.
Tahun ini, saya menjadi bagian dari penyelenggara kegiatan ospek, dosen panitia/pengawas ospek tepatnya. Sangat berbeda dengan sebelumnya, pada fase ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akademis birokratif. Pembelajaran dan pengenalan birokrasi. Karena dosen merupakan bagian dari birokrasi kampus maka ospek –bagi dosen- adalah masa pengenalan kampus ‘birokratistik’ dan seluk beluk dunia akademis. Kurang lebih berisi tentang motifasi maba untuk semangat berkuliah, menjadi mahasiswa yang baik mengikuti seluruh kegiatan perkuliahan, tidak membuat masalah, dan lulus tepat waktu dengan nilai bagus.
Secara keseluruhan ospek khususnya difakultas saya -hukum - sangat jauh berbeda dengan ospek jaman saya dulu. Sudah tak ada lagi suara pentungan yang menggelegar di sepanjang tangga, lorong dan ruang kelas, tak ada bentakan atau teriakan di depan kuping, tak ada kata “kamu mau mati ya?” dari kakak senior jika melakukan kesalahan. Karena memang cara-cara seperti itu sudah tidak relevan untuk digunakan dan tidak bermartabat. Semua berjalan soft dan berorientasi pendidikan an-sich.
Adakah yang salah dengan itu? Saya rasa juga tidak, karena tujuan utama mahasiswa adalah belajar dan berkarya. Tetapi terasa ada yang kurang bagi saya, mahasiswa saat ini tidak diperkenalkan dan ditanamkan jiwa “ke-maha-siswaan”, jiwa yang tidak anti sosial, jiwa yang penuh mimpi indah akan perubahan, jiwa yang kritis, dinamis dan humanis. Kali ini rasanya ospek terlalu manis, terlalu banyak gula akademis yang disuguhkan. Kurang garam. Tak diceritakan bagaimana susahnya menentukan pilihan selama kuliah atau serunya menjadi mahasiswa dengan semangat idealisme yang menggebu-gebu.
Ospek selalu menyimpan cerita, setiap generasi menyimpan ceritanya sendiri, mugkin bagi sebagian mahasiswa baru ospek hanya hal biasa saja, rutinitas pra kuliah yang harus dilalui, tak berkesan. Tapi mungkin bagi sebagian mahasiswa lainnya ospek adalah pintu, menuju ruang baru yang penuh dengan warna. Pintu yang akan merubah hidupnya selama 4 tahun kedepan atau bahkan sepanjang karirnya.
Selamat datang mahasiswa baru FH 2011.
Fiat Justicia Ruat Coelum (sekalipun langit runtuh hukum harus ditegakkan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar