Sebulan yang lalu, saya pergi ke Bali sendirian (sudah saya ceritakan alasan dan kronologisnya dalam note sebelumnya). Ada cerita menarik dari waktu kepulangan saya dari Bali, bertemu bule aneh. Ceritanya kurang lebih demikian:
Saya kembali ke Malang pada hari kamis (17/11) dengan pesawat Wings Air. Pada hari itu, menurut informasi yang saya dapat, lalu lintas ke arah bandara Ngurah rai akan sedikit macet karena lagi hebohnya kedatangan Hillary Clinton dan Barack Obama, akhirnya saya putuskan untuk berangkat satu jam lebih awal, agar tidak terjebak macet.
Pesawat saya dijadwalkan take off pukul 14.00 wita, pukul 12.30 saya sudah nangkring di lounge bawah bandara Ngurah rai. setelah check in saya harus menunggu bagasi karena baru dibuka pukul 13.00 WITa, sambil menunggu saya duduk di lounge bawah sebelah barat, dekat tempat makan dan toko souvenir, saya memilih duduk di ujung bangku yang kosong, berharap tidak ada orang yang menggangu.
Waktu saya menunggu tiba-tiba ada Bule hitam duduk disebelahku. Sekilas saya melihat orang itu tinggi besar berkulit hitam, dengan baju putih panjang (semacam abaya) dan peci warna mencolok (hijau merah kuning), tanpa bertanyapun siapapun tahu pasti dia orang afrika.
Awalnya saya cuek saja, berpikir tidak mungkin kami terlibat pembicaraan karena kendala bahasa. Namun tiba-tiba suara sang pria itu memecah kesunyian.
“excuse me, do you speak english?”
Saya celalingak-celinguk, apakah orang ini berbicara pada saya?
“yes, i do” jawab saya ragu, beberapa hari itu saya agak keminggris, bertemu dengan beberapa bule dan mengobrol dengan mereka selama konfrensi.
Dia mulai memperkenalkan diri, Mr. X bekerja di kedutaan besar Nigeria untuk Indonesia sebagai Ambassador, begitulah yang tertera dari kartu nama yang dia berikan. Dan kami pun “terpaksa” bertukar nomor telpon.
Dia berada di Bali dalam rangka pembukaan KTT ASEAN, dia adalah duta besar Nigeria untuk urusan ASEAN. Karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di Jakarta dia tidak bisa mengikuti acara sampai selesai, disamping itu dia juga tidak terlalu suka Bali –ya iyalah secara afrika lebih panas dari Bali- :D
Awalnya obrolan kami sangat menyenangkan, seputar pendidikan, hukum (dia juga lawyer), budaya, sedikit politik hingga banyaknya Nigerian yang jadi pemain bola di Indonesia. Overall dia sangat ramah.
Tapi lama kelamaan saya tidak nyaman dengan obrolan kami, dia mulai bertanya tentang masalah pribadi, dimana rumah saya, orang tua saya, pacar saya an so on.... -menurut saya ini perbincangan sensitif bagi orang yang baru pertama kali ketemu- saya hanya menjawab sekenanya saja, dan mencoba mengalihkan pembicaraan pada hal-hal yang umum. Yang paling membuat saya tidak nyaman adalah tentang keinginanya untuk bertemu lagi dengan saya di Malang, dan membicarakan hal-hal yang lebih pribadi, dia juga terang-terangan bilang menyukai saya. (plis deh, baru kenal juga bicaranya ngawur...)
Karena saya sudah merasa tidak nyaman, saya pilih jurus seribu kaki alias kabur melarikan diri. Singkat kata singkat cerita aku berhasil pergi dengan alasan harus boarding secepatnya, meski sebenarnya masih tersisa 30 menit lagi.
Unfortunatelly pesawat saya dan pesawat dia berangkat di jam yang sama melewati gate yang bersebelahan. Untuk menghindar dari pandangannya saya harus bersembunyi diantara kerumunan orang (lucky me have a little body hehehe...)
Sebelum take off dia sempat menelpon, katanya dia sangat ingin bertemu lagi denganku, dia juga berjanji akan sering-sering menghubungiku dan aku juga bisa menghubunginya kapanpun. Aku hanya tertawa kecil mendengarnya, lalu dengan tegas aku jawab, “ you can call or come if I don’t have any appointment with another guy, and I’m not sure about meeting you again” (terlalu kasar, mungkin :). Sebelum menutup telpon dia memintaku untuk menelponnya sesampainya di Malang, and I just can say “insyaAllah...”
setelah pertemuan itu, dia terus menelpon, mencoba menghubungi tepatnya, karena beberapa kali dia menelpon, tidak saya angkat. Dia juga mengirim beberapa sms, dari beberapa pesannya yang mampir hanya satukali saya balas, itupun hanya dengan “i’m apologize, i can’t answer ur call, i have a tight agenda today”. itu terjadi selama seminggu setelah pertemuan kami, berharap setelah ini tidak ada komunikasi yang terjalin.
Setelah satu bulan berlalu, saya harap sudah tidk ada lagi pesan atau terlpon darinya. Tapi tiba-tiba tadi malam dia menelpon lagi, tepatnya mencoba menelpon karena –tetap- tidak saya angkat. Lalu dia kirim sms: “hi pretty ula, Is a pity u can’t even send me sms, where are u going to be during xmas? Plis tell me if u can come so I can send u a ticket”
Hmmm... enough!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar