Mengurus pernikahan ternyata tidak mudah, cukup menguras tenaga, emosi dan kantong tentunya. Mungkin benar kata orang menikah itu soal gampang yang ribet itu ngurus pritilannya. Awalnya saya dan pasangan ingin menggelar acara yang sederhana saja, tetapi nampaknya sulit mengingat banyaknya undangan. Kebetulan kami berasal dari keluarga besar yang kebetulan juga tinggal di kampung yang sama beda dusun, jadi dapat dibayangkan pasti banyak yang akan protes jika kami tidak mengundang saudara dan handai taulan itu.
Yang bikin ribet sebenarnya adalah soal jarak, saya tinggal d malang sedangkan tempat acara di Jember, karna saya tidak mungkin sering bolak balik malang - jember, maka persiapan pernikahan dilakukan di dua tempat itu. Memang agak repot tapi kami sudah berkomitmen untuk mengurus semua sendiri tanpa WO. Mengurus pernikahan sendiri butuh kesabaran dan tenaga extra terutama jika calon pengantin sama-sama bekerja, harus ada yang rela meluangkan waktu mengurusi ini itu. Urusan konsumsi saya kami pasrahkan orang tua, kami mengurus sisanya. Tidak hanya keluarga yang kami libatkan, para tetanggapun ikut repot mempersiapkan pernikahan kami.
Rencananya pernikahan kami dilaksanakan dua hari, jum'at untuk akad nikah dan pengajian, sabtu resepsi pernikahan bertempat di rumah saya, dikampung tak biasa sewa gedung. Mengingat banyaknya undangan, resepsi dilaksanakan selama 12 jam (10am - 10pm) sudah bisa kebayang capeknya ;( Kami memutuskan untuk tidak memakai adat apapun, prosesi yang simple dan sederhana saja.
Ini sudah H min beberapa hari, suasana repot mulai terasa, sekalipun sudah dipersiapkan sedemikian rupa tetap saja ada yang kurang. Emosipun mulai tak karuan perasaan campur aduk, masalah kecil bisa jadi besar, ah apakah semua orang yang akan menikah mengalami hal seperti ini?? Entahlah, aku ingin merasakannya hanya sekali seumur hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar