Cinta itu ajaib. Mungkin cuma itu yg bisa menggambarkan kisah kami. Dari awal kami bertemu, berteman hingga akhirnya memutusnya untuk bersama, semuanya ajaib. Meski tak se so sweet FTV dan tak sedramatis Senetron, cerita kami unik dan berdurasi puluhan tahun.
Aku mengenalnya sejak usia 7 tahun, saat itu kami masih berbalut seragam merah putih, kami belajar membaca dan berhitung d kelas yang sama, yups kami bertemu sejak di sekolah dasar, menjadi classmate sampe tingkat enam. Tak banyak yg kuingat tentang dia, kecuali kenakalan dan keusilannya. Dia teman yg sangat usil, pernah menyembunyikan sepatu olah ragaku, suka menarik-narik kerudung, suka nyampah d bangkuku, intinya dia suka cari gara-gara denganku. kami tak pernah akur, lebih banyak bertengkar dari pada main bersama, meski bangku kami bersebelahan kami jarang sekali bertegur sapa. Belakangan baru tahu dibalik semua keusilannya ada caper yg tersembunyi :)
Selepas SD kami sama-sama meninggalkan kampung halaman bersekolah d luar kota, dia di Jombang aku di Probolinggo, praktis kami tidak bertemu lagi sejak perayaan kelulusan. Dua belas tahun setelah itu (2009) jejaring sosial fesbuk mempertemukan kami, tak banyak yang kami obrolkan hanya bercerita seputar kabar dan kesibukan masing-masing. Saat itu dia masih bekerja di Jakarta dan aku masih studi d Malang. 2010 dia memutuskan untuk kembali k jember mengurus bisnis keluarganya, dia inbox beberapa kali tp tak ku balas, tak ada niat sama sekali untuk meladeninya. 2011 aura pedekatenya mulai terasa, dia mengajak berkomunikasi secara intens, tidak hanya lewat fesbuk, sms dan telpon, dia mulai berani mengajak bertemu.
Pertemuan pertama kami sejak lima belas tahun terjadi sekitar bulan Mei 2011, aku menyanggupi permintaannya untuk bertemu saat aku pulang ke Jember. Malam itu, dia mengajakku makan bakso, dia berjanji menjemputku dirumah pukul 07.00 sehabis shalat Isya'. Aku menunggunya, baru jam 8 dia sampai depan rumah, padahal rumah kami hanya berjarak 10 menit, mungkin dia lupa ato tersesat, belakangan baru tahu ternyata dia perlu waktu mengumpulkan keberanian untuk 'ngapel' kerumahku ;). Pertama kali bertemu setelah belasan tahun rasanya aneh, nostalgiapun dimulai. Obrolan kami masih seputar cerita masa kecil dan teman-teman kami.
Sehabis makan bakso dia mengajakku kerumahnya, itu juga pertama kalinya aku main kerumahnya, aku sempat menolak karna tak terbiasa bertamu ke rumah seorang pria apalagi bertemu ibunya. Tapi apa boleh buat akhirnya aku ngobrol dengan ibunya. Ibunya adalah wanita yang lembut dan sabar, dia heran kenapa tidak pernah melihatku selama ini, padahal kami masih tergolong tetangga, dari obrolan itu aku tau ternyata dia kenal baik dengan keluargaku, teman pengajian dan teman senam ibuku ;). Dan setelah kunjungan malam itu, berkunjung kerumahnya menjadi agenda rutin kencan kami ;)
Setelah hari itu, dia semakin gencar pdkt. Aku masih cuek, tak bergeming, aku anggap dia pria iseng yang terobsesi dengan cinta masa kecilnya. Aku meladeni telpon malam minggunya atas nama pertemanan, tidak lebih dari itu. Waktu itu dia bukan satu satunya pria yg pdkt, ada beberapa pria lain yg juga sedang dekat denganku. Tapi tak bisa kupungkiri ada rasa nyaman saat bersamanya. Kami bisa ngobrol berjam-jam di telpon, bisa bercerita apapun, bisa menjadi apa adanya saat bersamanya, mungkin karna aku menganggap dia teman, jadi tak ada tedeng aling-aling antara kami. *Kesimpulan pertamaku tentang dia, dia tak lagi menyebalkan seperti saat kecil.
Jika badmood melanda, aku bisa uring-uringan di telpon. Bahkan tak jarang aku marah padanya tanpa sebab yang jelas, tapi dia tak pernah marah, tak pernah sekalipun aku mendengar nanda tinggi darinya. *Kesimpulanku yang kedua, dia pria yang sangat sabar.
Ungkapan cintanya tak pernah aku gubris. Aku lebih menganggapnya lelucon konyol dari pada menganggapnya serius, aku juga pernah dengan tegas menolaknya. Setelah sekian lama usahanya itu, aku masih menganggapnya pria iseng yang terobsesi dengan cinta masa kecilnya. Dia sering bertanya bagaimana cara meyakinkanku, aku hanya bisa menjawab: "entahlah, mungkin kamu harus sabar". Baginya aku adalah wanita paling PHP (pemberi harapan palsu) sedunia. Meskipun demikian dia tetap konsinten, tetap menelpon d malam minggu, membangunkanku tiap subuh meski kadang jawabanku cuma "hmm iya". *Kesimpulanku yang ketiga, dia gigih dan pekerja keras.
Sebagai manusia biasa yang punya batas kesabaran, dia pernah punya keinginan menyerah. Setelah setahun usahanya mengejarku tak membuahkan hasil, dia mencoba mengalihkan pandangannya kepada wanita lain. Dia diperkenalkan dengan seorang wanita oleh saudaranya, dia mencoba untuk membuka hati pada wanita itu, tapi tidak bisa. Dia tetap mengingatku saat bersama wanita lain. Dia pernah mencoba berhenti menghubungiku, usahanya hanya bertahan 3 minggu, dia bilang sangat merindukanku ;). *Kesimpulan keempat, dia benar-benar jatuh cinta padaku. :D
Dia tetap bersikeras, kali ini aku yang menyerah. Hampir dua tahun berlalu, aku masih menjadi wanita paling PHP baginya, dan dia adalah "my saturday nite call". Aku meladeninya, membiarkan dia merayu sekuat tenaga tapi tak bisa menjanjikan apa-apa. Aku ingin melepaskannya tapi dia tetap tak mau pergi. Akhirnya aku mulai bersikap oportunis, seperti artis yang takut kehilangan fans, aku mulai menarik ulur hatinya. Mungkin terdengar sangat jahat, tapi aku sudah mulai terbiasa dengannya ;)
Cerita kami berubah saat aku berangkat umrah (Juni 2013). Aku mulai melunak, tak lagi marah dan brsikap sopan padanya, aku berpamitan dan meminta maaf. Aku tidak ingin segala kelakuan burukku padanya bisa mempersulit ibadahku. Dia bilang dia memaafkanku, dan titip doa supaya dia kuat menghadapiku. Aku hanya bisa tersenyum dan bilang "insyaAllah"
Keajaiban terjadi saat umrah. Seperti jamaah pada umumnya, aku juga memanjatkan doa sebanyak-banyaknya di tempat-tempat mustajabah. Salah satu doa adalah mohon petunjuk tentang siapa yang akan menjadi pendampingku kelak. Hatiku masih dilanda galau, berharap Allah segera memberi jalan kebaikan. Di raudhah, multazam, Jabal Rahmah aku menyebutkan semua nama yang ku kenal, tapi hanya satu nama terbayang wajahnya, itu dia. Setiap doa terbayang dia. Aku tersenyum heran, kenapa diantara semua nama lelaki yang aku sebutkan hanya wajah dia yang muncul dalam pikiran, ajaib. Entah apa yang sebenarnya terjadi, aku hanya meyakini bahwa Tuhan sungguh maha membolak balikkan hati, Dia adalah pemilik hati dan hanya kepadaNya hati akan kembali. Dia pemilik sebenar benarnya cinta dan hanya kepadaNya semua cinta akan bermuara.
Sepulang umrah kami kembali bertemu, aku harus pulang kerumah pasca umrah karna sakit akibat perubahan cuaca ekstrem. Kami masih seperti biasa, aku juga masih belum yakin apakah memang dia orangnya. Setalah sembuh, aku kembali ke Malang, kami kembali sibuk dengan rutinitas masing-masing. Kami berjanji bertemu kembali saat libur ramadhan dan hari raya, kali ini akan sangat berbeda, aku berhutang satu jawaban padanya.
Sesuai yang dijanjikan, kami bertemu saat Ramadhan (awal Agustus 2013). Berdalih buka puasa bersama, dia mengajak makan d sebuah resto dikawasan kampus UNEJ. Tidak seperti biasanya, kali ini raut mukanya tegang, seperti sedang menunggu sesuatu. Aku tetap cuek seperti biasa meski sebenarnya jauh dalam hatiku aku galau, entah harus berkata apa nanti jika dia menagih jawaban itu. Aku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta apalagi bilang "iya". Cerita masa lalu yang membuatku sangat hati-hati dengan pria. Bagiku jawaban "iya" itu berarti mengiyakan segala konsekwensi yang akan datang selanjutnya.
"Berapa lama lagi aku harus menunggumu? Bisakah kau bilang iya kali ini"
"Bisakah kita seperti ini saja, tanpa status apapun?"
"Tidak bisa, aku takut nanti aku lelah menunggumu, aku tidak ingin itu terjadi. Aku sudah terlanjur janji pada ibuku, aku akan membawamu pulang"
"Bagaimana jika aku tidak bisa?"
"Aku mohon, aku tidak tau harus bagaimana lagi meyakinkanmu"
"Haruskah sekarang?"
"Bisakah aku memaksamu? Aku rasa dua tahun sudah cukup"
Selepas shalat magrib dan berbuka puasa tetap belum ada jawaban pasti dariku, dia terlihat semakin gelisah. Bukan bermaksud mengulur waktu, aku hanya ingin meyakinkan diriku sebelum bilang "iya".
"Trus bagaimana jadinya kita?"
"Hmmm baiklaahh"
"Apanya yang baik?"
"Iya aku mau" jawabku datar
"Apanya? Jadi gimana?"
"Hadewwh bisakah aku tidak mengulanginya, iya aku mau, kita jadian, titik"
Wajah tegang itu mulai sedikit memudar, ada aura sumringah yang tidak dapat dia sembunyikan. Kami saling terdiam cukup lama, sesekali kami tersenyum hampir bersamaan. Tidak pernah terbayang sedikitpun dibenak kami akan menghadapi situasi seperti ini. Teman kecil, berpisah, bertemu kembali dan jatuh cinta. Hidup ini memang ajaib.
Singkat cerita, dua minggu setelah malam itu, dia datang kerumahku untuk melamar. Ini mungkin acara lamaran paling aneh, aku tidak dirumah saat itu, karena urusan pekerjaan terpaksa harus segera kembali k malang pasca lebaran, jadilah lamaran inabsensia :). Acara lamaran lebih mirip acara halal bihalal dan reuni karna memang kami adalah tetangga yang sudah saling mengenal. Semua nada sama, tak menyangka kami bisa "jadian" ;)) Dari pertemuan keluarga itu akhirnya diputuskan kami akan menikah awal tahun 2014. Hebat bukan?? :D
Cinta adalah hal paling ajaib. Kita tak bisa memutuskan akan jatuh cinta kapan dan kepada siapa. Mungkin benar kata Sujiwotejo, menikah itu nasib jatuh cinta itu takdir. Kita bisa memutuskan akan menikahi siapa tapi tak bisa memilih jatuh cinta dengan siapa. Kali ini aku mencoba menjalani takdir dan nasibku. Terbaik dari Tuhan pasti terbaik buat manusia. Semua akan Indah pada waktunya.