Jumat, 28 Juni 2013

Stay Young



Berani bertaruh se ember eskrim, bagi orang yang pertama bertemu denganku, gak akan percaya kalo umurku sudah 28. Terjebak dalam tubuh yang imut itu kadang menyenangkan, setua ini masih dibilang anak SMA, Dosen yang selalu dikira Maba. Yup, i'm look like 18 hahahaha aku menikmatinya, setidaknya itu pemacu semangat untuk selalu berjiwa muda :)
Kata orang bertambah usia harus bertambah bijak, tapi bagiku selain bijak, bertambah usia harus bertambah kuat. Kuat dan bijak menghadapi segala kemungkinan. Umur hanya deretan angka yang tiap tahunnya bertambah, esensinya ada pada apa yang sudah dilakukan dalam umur. Sedih rasanya mengingat umur sudah sekian tapi masih gini-gini aja, masih suka mikir hal yang tidak penting, masih banyak mengeluh, bla bla bla.... 
Diatas semuanya tidak ada yang tidak bisa aku syukuri, semua berjalan dengan indah meski tak sepenuhnya seperti yang direncanakan. Anyway, Tuhan selalu memberikan kesempatan pada setiap detik yang kita lalui, semoga aku bisa memanfaatkan tiap detik kesempatan itu dengan baik, amiin. 

Happy b'day to me, stay strong, stay young and owesome ;)) 

Rabu, 26 Juni 2013

Nightmare in Makkah (Misteri Hilangnya Tas dan Kembalinya Ipad)

"Hati-hati di makkah banyak copet" kalimat itu selalu yang diucapkan nenek saat menelpon. Kalimat itu seolah aneh mengingat ini ditanah suci, apa iya ada copet, pencuri atau sejenisnya. Tapi percaya atau tidak memang begitulah adanya, ditanah suci banyak copet, dan sayapun jadi korban. Tas saya dicuri saat di toilet.

Sore itu saya sedang berwudhu' di toilet depan pintu 1 (Abdul Aziz), tas pinggang warna merah saya letakkan diatas tempat tas sebagaimana mestinya. Awalnya saat saya berwudhu saya masih melihat itu aman karena berada tepat di depan saya, tetapi saat saya menunduk dan membasuh kaki tiba-tiba jreeenngg tas saya sudah tidak ada. Betapa paniknya saya saat itu karena didalam tas itu ada dua handphone, Ipad, Alquran dan air zam-zam yang sudah saya bawa umroh. Saat itu saya tidak sendiri, saya bersama dua orang teman (Bu Jum dan Bu Arif) yang juga sedang berwudhu' tidak jauh dari tempat saya, tak ada satupun yang melihat kejadian itu, karena memang suasana sedang ramai menjelang shalat maghrib, semua berlangsung cepat dan tiba-tiba semua lenyap. 

Kami panik, kami tidak tahu harus minta tolong siapa karena roaming bahasa. Penjaga keamanan disana tidak mengerti bahasa inggris apalagi bahasa indonesia. Singkat kata kami panik berat. Kami mencoba menelusuri di kamar mandi tapi tas saya tidak ditemukan, hingga kami diusir bagian cleaning service kamar mandi karena sudah waktunya shalat maghrib dan toilet akan ditutup untuk dibersihkan. Akhirnya kami meninggalkan toilet masih dengan hati yang kalut. Yang paling membuat saya cemas adalah saya tidak bisa menghubungi atau dihubungi siapapun karena handphone telah raib, saya juga tidak hafal satupun nomor handphone, semua di phonebook, termasuk nomor tlp nenek saya di Jeddah.

Teman saya menyarankan saya untuk shalat taubat dan memperbanyak istighfar, karena peristiwa tersebut mungkin akibat kesalahan-kesalahan saya dimasa lalu. Setelah shalat magrib saya shalat taubat, mohon ampun dan berdoa kepada Allah, mungkin selama ini saya terlalu narsis (banyak foto di Ipad), sombong atau kurang beramal hingga semua barang berharga saya hilang, tapi saat itu juga saya mengikhlaskan apapun kehendak Tuhan, jika memang hilang semoga ada pengganti yang lebih baik, jika memang masih menjadi rejeki saya akan kembali, tak lupa saya juga mohon petunjuk agar Tuhan memberi saya jalan untuk bisa menghubungi nenek saya.

Tak lama kemudian, terbersitlah sebuah ide di benak saya, saya harus menghubungi seseorang, Haru Permadi. Haru adalah teman sekantor saya, saya ingat dulu saya pernah mengajaknya makan d warung sate milik paman saya di Malang, di warung itu ada papan nama beserta no telp paman saya, nah dari paman saya itu saya berharap mendapat no tlp nenek saya di Jeddah. Akhirnya saya meminta bantuan Bu Jum untuk menguhungi Haru, karena kami juga teman sekantor. Singkat kata, meskipun dengan bersusah payah (karena memang waktu itu jam menunjukkan pukul 00.00 WIB dan warung sate sudah tutup) Haru berhasil mendapatkan no tlp paman saya dan akhirnya saya juga berhasil mendapatkan nomor tlp menek dan menghubunginya.

Ternyata tak disangka diwaktu yang bersamaan nenek saya di telp oleh seseorang mengaku sebagai pengawas kamar mandi yang telah menemukan handpon saya yang hilang, alangkah terkejutnya nenek saya mendengar bahwa hanpon dan barang-barang saya ditemukan bereceran di kamar mandi oleh cleaning service. Penelpon itu menanyakan siapakah pemilik barang-barang ini, nenek saya bilang bahwa memang barang itu milik cucunya dari Indonesia yang sedang umroh. Si penelpon itu meminta nenek saya untuk segera mengambil barang tersebut saat itu juga di kantor penjaga kamar mandi, tapi waktu itu posisi nenek lagi di pasar, selain itu jarak Jeddah - Makkah cukup jauh, sekitar 2-3 jam perjalanan darat, dan akhirnya mereka bersepakat untuk bertemu keesokan harinya di tempat itu pukul 03.00 sore waktu setempat. Waktu itu Nenek juga bingung mau menghubungi saya, Bagaimanapun, Nenek harus menemukan saya dulu sebelum mengambil barang itu, menelpon Ibu dirumah tidak membuahkan hasil, karena Ibu saya jg tidak tahu nomor lain selain no hp yang raib itu.  Nenek pasrah hingga akhirnya saya berhasil menghubunginya berkat bantuan Bu Jum-Haru-Paman. 

Keesokan harinya nenek mengunjungi saya di hotel, kami kangen-kangen-an sambil menunggu jam 03.00 untuk mengambil barang. Nenek saya jarang pulang ke Indonesia, bisa tiga tahun atau lima tahun sekali, tergantung ada moment penting atau tidak, jadi sekalinya bertemu banyak cerita yang kami bagi. Nenek bercerita tentang seseorang yang menelponnya semalam perihal tas saya yang hilang, tapi saya tidak mau berspekulasi, bisa saja tas saya kembali tapi isinya habis, entah. 

Tepat jam 03.00 kami ke Masjidil Haram, tujuan utamanya adalah toilet bertemu dengan sang supervisor, untunglah saya bersama nenek yang jago bahasa Arab jadi tidak roaming. Kami langsung menuju ruangan di sudut "hammam", tidak lama kemudian muncullah seorang wanita tinggi besar berkulit gelap, dialah Ummu Ayyub sang supervisor. Kami dipersilahkan masuk keruangannya, nenek berbicara padanya, saya tidak mengerti apa yang mereka bicarakan yang jelas pasti tentang barang saya yang hilang. Ummu ayub mengeluarkan sesuatu dari lokernya, saya kira itu tas saya berwarna merah, ternyata bukan, itu tas kresek lecek warna putih. Alangkah terkejutnya saya ketika Ummu Ayyub membuka isi kresek lecek itu, Subhanallah itu Ipad dan hanpon saya, dua-duanya selamat. Ummu Ayyub bertanya: "apa ini barangmu?" 
"Iya " aku mengangguk haru, aku langsung mengambil tas kresek itu dan memeluknya erat-erat. 
Kemudian saya sadar, kemana perginya tas merahku? Rasanya tidak mungkin jika barang berharganya bisa kembali begitu saja. Setelah mendengar penjelasan Ummu Ayyub barulah kami mengerti ternyata sang pencuri membuang Ipad dan hanpon saya d depan kamar mandi lalu membawa kabur tas merah saya yang hanya berisi Alquran dan dua botol zam zam. Barang-barang saya ditemukan oleh cleaning service yang membersihkan kamar mandi saat maghrib lalu menyerahkannya kepada Ummu Ayyub dang supervisor. Ummu Ayyub menyadari itu barang penting jadi dia berinisiatif untuk melacak panggilan di hanpon saya -yang kebetulan panggilan terakhir adalah dari nenek, dan akhirnya terjadilah komunikasi antara ummu ayyub dengan nenek. 

Subhanallah rasanya haru bukan main, bagaimana bisa barang-barang seberharga itu tidak jadi dicuri, entah apa yang ada dipikiran pencuri itu, tidak mungkin dia hanya tertarik dengan tas yang tidak ada harganya itu, kata orang-orang ini ajaib, Wallahu'alam. yang jelas saya sangat lega dan bersyukur karena Ipad saya masih berumur satu bulan dan berisi segala macam dokumentasi selama umroh akhirnya kembali dengan selamat. 

Ada dua hal penting yang saya petik dari peristiwa itu, pertama kepasrahan, tanah suci adalah tanah Tuhan, meski tak semua orangnya suci, tapi tak ada yang bisa kita lakukan disana selain berpasrah terhadap apapun yang akan terjadi. Jika sudah berpasrah dengan selalu berprasangka baik kepada Tuhan, maka semua halangan akan ringan. Jika kita berdoa dengan sungguh sungguh dan berpasrah Tuhan akan memberikan jawabannya. Kedua adalah keikhlasan, saat pertama sadar bahwa tas saya hilang, saya sudah berikhlas kepada Tuhan, karena apapun yang saya miliki berasal dari Tuhan dan kapanpun Tuhan berhak mengambilnya. Iklhas membawa ketenangan, hidup terasa mudah dan tanpa beban jika sudah bisa ikhlas ;))
Oh ya satu lagi, di tanah suci mungkin akan banyak kejadian aneh diluar nalar. Somehow ada hubungannya dengan amal perbuatan kita sebelumnya. Teruslah berprasangka baik (positive thinking), begitulah Tuhan yang maha ajaib, menunjukkan kuasanya tanpa kita sadari. Subhanallah..... 

Selasa, 25 Juni 2013

Doa Tujuh Putaran




Apa yang kamu rasakan ketika melihat ka'bah pertama kali? Tanya ayahku
Speachless, luar biasa jawabku singkat. Ya memang itulah yang aku rasakan ketika melihat ka'bah live untuk pertama kalinya, speechless. 
Secara harfiah Ka'bah berati tempat yang paling tinggi atau tempat yang diutamakan. Menurut sejarahnya ka'bah yang sekarang kita lihat itu adalah peninggalan Nabi Ibrahim AS dan telah direnovasi beberapa kali hingga menjadi seperti saat ini. Bangunan segi empat dengan kiswah hitam itu memang sangat istimewa, selain menjadi simbol peradaban Islam, Ka'bah juga berperan sebagai pemersatu ummat islam di dunia, tidak peduli dari manapun asalnya, saat shalat semua menghadap ke arah kiblat (ka'bah). 
Ibadah haji atau umroh mengajarkan kita toleransi, di masjidil haram kita akan melihat berbagai macam orang dari berbagai belahan dunia, ras etnis, bahasa warna kulit semua bersatu, tak ada saling menyalahkan (apalagi saling sesat menyesatkan) sekalipun cara beribadah mereka berbeda tapi sepanjang kita menyebutkan Tuhan yang sama, menghadap ke arah yang sama, merekalah saudara kita. Jadi -menurut saya- seharusnya orang yang sudah pernah berkunjung ke Baitullah memiliki kepekaaan sosial dan toleransi yang lebih tinggi dibandingkan yang belum. 
Ibadah yang sangat berkaitan dengan Ka'bah ini adalah Thawaf yaitu mengelilingi ka'bah sebanyak tujuh putaran, dimulai dan diakhiri dari Hajar Aswad. Meski demikian, thawaf tidak ada sangkut pautnya dengan ritual penyembahan berhala pada zaman jahiliyah. Thawaf bukan penyembahan kepada ka'bah, melainkan penghormatan terhadap sejarah, kita menyembah dan berserah kepada Dzat yang telah memelihara Ka'bah (Allah SWT). 
Hidup tak lain bagaikan roda, berputar dengan Ka'bah (Tuhan) sebagai epicentrumnya. 
Thawaf adalah bentuk kepasrahan manusia pada sang pencipta, angka tujuh dalam ritual thawaf melambangkan sebuah proses kehidupan. Bahwa manusia itu bermula dan berakhir diantaranya ada sebuah proses, tak ada yang instant termasuk dalam penciptaan semesta sekalipun, yang mutlak ada hanya Tuhan. 
Ada lantunan doa dalam setiap putaran. Dalam tujuh putaran itu aku tidak hanya berdoa untuk diriku, tapi juga untuk mu, kita, dan mereka.

Doa Tujuh Putaran




Apa yang kamu rasakan ketika melihat ka'bah pertama kali? Tanya ayahku
Speachless, luar biasa jawabku singkat. Ya memang itulah yang aku rasakan ketika melihat ka'bah live untuk pertama kalinya, speechless. 
Secara harfiah Ka'bah berati tempat yang paling tinggi atau tempat yang diutamakan. Menurut sejarahnya ka'bah yang sekarang kita lihat itu adalah peninggalan Nabi Ibrahim AS dan telah direnovasi beberapa kali hingga menjadi seperti saat ini. Bangunan segi empat dengan kiswah hitam itu memang sangat istimewa, selain menjadi simbol peradaban Islam, Ka'bah juga berperan sebagai pemersatu ummat islam di dunia, tidak peduli dari manapun asalnya, saat shalat semua menghadap ke arah kiblat (ka'bah). 
Ibadah haji atau umroh mengajarkan kita toleransi, di masjidil haram kita akan melihat berbagai macam orang dari berbagai belahan dunia, ras etnis, bahasa warna kulit semua bersatu, tak ada saling menyalahkan (apalagi saling sesat menyesatkan) sekalipun cara beribadah mereka berbeda tapi sepanjang kita menyebutkan Tuhan yang sama, menghadap ke arah yang sama, merekalah saudara kita. Jadi -menurut saya- seharusnya orang yang sudah pernah berkunjung ke Baitullah memiliki kepekaaan sosial dan toleransi yang lebih tinggi dibandingkan yang belum. 
Ibadah yang sangat berkaitan dengan Ka'bah ini adalah Thawaf yaitu mengelilingi ka'bah sebanyak tujuh putaran, dimulai dan diakhiri dari Hajar Aswad. Meski demikian, thawaf tidak ada sangkut pautnya dengan ritual penyembahan berhala pada zaman jahiliyah. Thawaf bukan penyembahan kepada ka'bah, melainkan penghormatan terhadap sejarah, kita menyembah dan berserah kepada Dzat yang telah memelihara Ka'bah (Allah SWT). 
Hidup tak lain bagaikan roda, berputar dengan Ka'bah (Tuhan) sebagai epicentrumnya. 
Thawaf adalah bentuk kepasrahan manusia pada sang pencipta, angka tujuh dalam ritual thawaf melambangkan sebuah proses kehidupan. Bahwa manusia itu bermula dan berakhir diantaranya ada sebuah proses, tak ada yang instant termasuk dalam penciptaan semesta sekalipun, yang mutlak ada hanya Tuhan. 
Ada lantunan doa dalam setiap putaran. Dalam tujuh putaran itu aku tidak hanya berdoa untuk diriku, tapi juga untuk mu, kita, dan mereka.

Senin, 24 Juni 2013

Syahrini Khomsa Real




Barangkali artis indonesia paling terkenal di seantero jagad saat ini adalah syahrini. Ini berdasakan pengalaman saya waktu umroh beberapa waktu yang lalu. Saat berjalan-jalan (lebih tepatnya belanja)di Madinah, banyak pedagang di disana memanggil saya (dan orang indonesia yang lain) dengan syahrini. Entah mengapa syahrini begitu terkenal hingga ke tanah Arab, mungkin karena dia sangat terpampang nyata dan cethar membahana, hingga dia sangat ikonik dan dimanfaatkan oleh pedagang-pedangan di Madinah (khususnya di sekitar Masjid Nabawi) untuk menarik pelanggan dari Indonesia. "Hayya Indonesia, syahrini, murah murah...." 

Jika anda tidak bisa berbahasa arab, jangan kuatir para pedagang di madinah (juga di Makkah) bisa berbahasa indonesia, mereka fasih menyebutkan angka-angka dalam bahasa indonesia, lima, sepuluh, dua puluh, tiga puluh, seratus dan seterusnya.  Mereka pandai tawar menawar dalam bahasa indonesia, cukup katakan "kam" atau "berapa" mereka langsung menjawabnya dg bahasa. Biasanya mereka menjajakan barang dagangannya dengan tiga bahasa, Arab, Bangladesh dan Indonesia, ini tentu karena banyaknya orang Indonesia yang datang kesana, bisa berbahasa Indonesia seolah jadi tuntutan wajib bagi para pedagang ;) 

Sedikit saran untuk anda yang shopacholic, berbelanjalah selagi di Madinah, barang disana lebih bagus dan berfariatif dari pada di Makkah. Masalah harga sangat tergantung dengan barang yang anda beli dan pandai-pandailah menawar. Cara mereka berjualan sangat

atraktif. penjual baju gamis berjualan naik gerobak sambil berteriak-teriak "tiga puluh tiga puluh", yang paling menarik adalah penjual kerudung "khomsa real" mereka berjualan sambil melempar-lempar barang dagangannya, ada juga yg sambil bernyanyi. Suasana ramai seperti ini biasanya berlangsung setiap selesai shalat jamaah ashar, isya' dan subuh karena cuaca tidak panas. Begitu anda keluar dari areal Masjid Nabawi langsung disambut dengan suara-suara penjual yang unik-unik, anda bisa berbelanja berbagai macam oleh-oleh sambil memberi makan burung dara saat pagi dan jika beruntung anda juga bisa menikmati proses terbukanya payung-patung cantik di halaman masjid ;) 

Bagi anda yg kangen "gaul", di depan masjid nabawi ada mall, fasilitasnya lumayan lengkap. Barang-barang di mall kualitasnya lebih bagus dibanding di luar, ada KFC, sturbucks, dan berbagai jenis makanan Indonesia seperti bakso dan soto, katanya klo musim haji bakso jadi menu favorit meski harganya sangat mahal dan rasanya "flat". 

Oh ya, selain syahrini, ada artis Indonesia yang juga populer disana yaitu bang Saipul Jamil, jangan heran bagi lelaki yg dipanggil Saipul Jamil, bagi mereka mungkin semua lelaki Indonesia seperti atau minimal kenal Saipul Jamil :D


Kamis, 20 Juni 2013

Raudhatul Jannah (Taman Surga)






Jika ditanya moment apa yang paling berkesan saat mengunjungi Madinah, jawabannya pasti saat berdoa di Raudhah. Raudhah (dalam bahasa Arab berarti Taman) adalah sebuah tempat di masjid Nabawi persisnya sebuah tempat diantara rumah Rasulullah (sekarang makam Rasul) dengan mimbar (tempat imam).Tempat ini begitu istimewa, Rasulullah pernah bersabda "Antara rumahku dan mimbarku adalah Raudhah, taman diantara taman-taman surga" (HR Muslim). Raudhah adalah tempat mistajab untuk berdoa, siapapun yang shalat dan berdoa disana, insyaAllah akan terkabul. 

Berdoa di Tempat ini tentu menjadi tujuan utama setiap muslim di Madinah. Tapi tak semudah itu untuk memasuki Raudhah. Membutuhkan kekuatan dan tenaga ekstra untuk dapat berdoa disana. Anda harus bersaing dengan ratusan bahkan ribuan orang untuk memasuki tempat yang lebarnya kurang lebih hanya 144 meter persegi itu. Beruntunglah bagi anda kaum lelaki karena dapat mengakses Raudhah dan berziarah ke makam Rasul setiap saat, namun tidak bagi kaum perempuan, Raudhah hanya dibuka pada waktu-waktu tertentu, biasanya dibuka setelah waktu dhuha (sekitar jam 10) dan setelah isya, tapi kadang dibuka setelah dhurur tergantung sintuasi dan kondisi yang memungkinkan begitulah kata askar (petugas keamanan) masjid.

Pengalaman pertama kami memasuki Raudhah sungguh berkesan. Berkunjung ke Raudhah menjadi agenda utama rombongan kami saat tiba di Madinah, kami menggunakan jasa Muthawwif (semacam guide) untuk memudahkan kami memasuki Raudhah. Jadwal ke Raudhah malam hari setelah isya (sekitar pukul 10 waktu setempat) tapi karena saya dan 3 teman sekamar saya terlalu lelah, kami memutuskan untuk mengunjungi Raudhah keesokan harinya. 
FYI, saya dan 3 teman sekamar saya kelelahan setelah seharian "itikaf" di Nabawi, saking senangnya kita tiba di Madinah, kita langsung berjamaah di Nabawi mulai dhuhur hingga Maghrib, padahal jarak antara waktu ashar dan maghrib sangat lama, perbedaan waktu itu yang tidak kami perhitungkan sehingga kami lelah menunggu di masjid dan belum sempat beristirahat setelah perjalanan jauh. Al hasil kami kelelahan dan memutuskan untuk tidak ke Raudhah bersama rombongan malam itu.

Keesokan harinya seperti biasa kami selalu Sholat di Nabawi. Setelah acara ziarah ke tempat- tempat bersejarah di Madinah, kami kembali sholat dhuhur di Nabawi. Setelah sholat dhuhur kami tidak langsung pulang, iseng-iseng kami bertanya kepada petugas kebersihan yang kebetulan orang Indonesia kapan Raudhah dibuka. And yup, we were lucky, karena waktu itu Raudhah akan dibuka dan kami disarankan untuk menungggu di depan gerbang pembatas.

Bagi kaum perempuan memasuki Raudhah harus mengantri. Antrian dikelompokkan berdasarkan nama negara atau benua. indonesia termasuk malaysia masuk golongan Asia, ada juga golongan india dan Bangladesh dan orang-orang arab berjubah hitam. Biasanya Askar membawa tulisan nama-nama negara seperti saat perlombaan olah raga untuk memudahkan mengkoordinir jamaah. Tapi percayalah antrean itu tak selamanya berhasi., usaha saling dorong dan serobot masih terjadi.
Untuk masuk ke Raudhah harus melewati beberapa rute. Rute pertama adalah gerbang pembatas antara jamaah lelaki dan perempuan. Gerbang ini harus dibuka dulu untuk bisa melewati area jamaah lelaki, karena Raudhah dan makam Rasul berasa di area jamaah laki-laki. Rute kedua kita harus melewati jalan yang sudah disiapkan askar, jalan ini sebenarnya jalan biasa cuma dibatasi oleh pagar-pagar plastik bongkar pasang yang khusus dipasang untuk jalur perempuan ke Raudhah. Jalur ini dibuat agar kaum lelaki dan perempuan tetap tidak bisa saling "mengintip". Dan jalur terakhir adalah "ruang tunggu", saya menyebutnya begitu karena ditempat inilah kelompok-kelompok tadi menunggu giliran untuk masuk Raudhah. Biasanya kelompok yang didahulukan adalah kelompok orang Arab merjubah hitam dan orang india, postur tubuh mereka besar dan sangat ekstrim saat berdoa, Askar sampai kualahan menertibkan orang-orang ini saat berdoa agar tidak terlalu berlebihan. Kelompok Asia termasuk Indonesia biasanya diurutan terakhir karena postur tubuh kita yang kecil akan lebih aman jika tidak dibarengkan dengan kelompok "jubah hitam". Al hasil, kelompok Asia harus menunggu berjam-jam untuk masuk Raudhah. 

Tentang Raudhah ini saya juga sudah dibekali ceritan dan pengalaman oleh Ibu yang sudah berangkat haji. Bahwa di Raudhah sangat ramai, harus berlari untu sampai kesana, harus kuat dan berdoalah sambil sujud agar tidak cepat diusir Askar, karena jika sudah berdiri dianggap sudah selesai berdoa dan Askar akar menyuruhmu keluar karena masih banyak yang mengantri. Tapi bagaimanapun ceritanya, hanyalah cerita, kenyataan yang terjadi kadang lebih mengejutkan. 

Kembali pada kami yang sedang menunggu Raudhah. Kami menunggu di deretan Malaysia, kami tidak melihat Askar membawa Tulisan Indonesia, jadi kami anggap kita serumpun dan duduk di deretan Malaysia, tapi jangan coba-coba menerobos antrian dan bergabung dengan negara non-asia, askar akan mengusirmu. Tidak sulit bagi askar untuk mengenali orang asia (khususnya Indonesia) selain dari wajah, kostum yang kami pakaipun berbeda, orang Asia menggunakan mukenah, negara lain hanya menggunakan kain lebar atau berpakaian hitam. Mukenah sangat known well as Asian ;)

Kami mengantri dideretan terdepan, tidak sabar menunggu gerbang pembatas itu dibuka. 
Tidak lama kemudian gerbangpun pun dibuka, seperti anak ayam yang lepas kandang kami berlari, entah kami berlari kemana, kami mengikuti jalan berharap jalan itu membawa kami ke Raudhah. Kami terus berlari entah siapa yang mengomando kami berlari, kami melihat orang di depan kami berlari kami pun ikut berlari. Kami terus berlari tanpa pemperdulikan panggilan askar, dibelakang kami askar berteriak "Asia wait, wait asia.." Tak peduli, kami terus berlari sekencang-kencangnya hingga sampai pada suatu tempat segi empat yang dibatasi dengan pagar-pagar plastik, kami yakin inilah Raudhah. Tidak susah memang untuk mengenali Raudhah, dalam Raudah terdapat pilar- pilar besar yang berhiaskan kaligrafi indah berbeda dengan pilar-pilar lain di dalam masjid, karpet Raudhahpun berbeda warna, warna karpet Raudhah biasanya hijau sedangkan karpet yang lain berwarna merah. 

Kami masuk Raudhah dengan ngos-ngosan, serasa nafas sudah ada diubun-ubun, inilah mengapa berlari tanpa pemanasan sangat tidak disarankan karena sangat berbahaya hehe, tapi karena lari kami cukup kencang, kami sampai lebih dlu di Raudhah dari Askar-askar itu. Kami adalah orang pertama sampai di Raudhah, Raudhah sepi, kami langsung ambil tempat pojok disamping makam Rasul, kami sempatkan untuk shalat, tapi tak sampai genap kami shalat dua rakaat, puluhan bahkan mungkin ratusan orang masuk Raudhah bersamaan, merekalah kelompok orang Arab berjubah hitam. Kami tak bisa shalat dengan tenang, mereka sangat ganas, begitu mereka masuk tak peduli apapun mereka langsung mendekat ke makam Rasul tempat kami shalat, tak mempedulikan apakah ada orang sholat atau tidak semua diterjangnya, al hasil saling sikutpun terjadi dan kami terjepit diantara orang-orang berbadan besar. 

Kelompok berjubah hitam itu berdesak-desakan masuk. Mereka berdoa sambil meratap, bahkan ada yang memaksa meloncat pagar makam Rasul, para askarpun bertindak mengamankan, menarik narik orang- orang berjubah hitam agar tidak meloncat pagar, agar beribadah dengan tertib dan tidak berlebihan, "haram ya hajjah, haram" askar terus berteriak memperingatkan orang-orang itu, namun orang2 itu seperti kerasukan dan tiba-tiba"bukk.." Salah satu dari perempuan berjubah hitam itu jatuh tersungkur di depan kami, entah apa penyebabnya mungkin ditarik askar hingga dia tersungkur, ajaib, yang lain tak peduli tetus saja merangsek, dan kami semakin terjepit. Melihat kami yang terjepit askar menyuruh kami berdiri dan agak mundur. Kami berdiri sambil terus berdoa, juga seolah tak terganggu dengan chaos yang terjadi disekitar kami. Kami terus berdoa sambil bergandengan tangan, takut diantara kami ada yang terjatuh dan terinjak, kami saling merekatkan pegangan. Perlahan kami berser dan bergeser hingga mendekati jalan keluar. Demi keamanan kami memutuskan untuk menyudahi agenda doa di Raudhah siang itu dan berjalan menuju pintu keluar. 
Begitu sesampainya di luar area Raudhah, kami bisa bernafas dengan lega, kami saling memandang, saling melempar senyum dan menertawakan keadaan kami yang kacau balau akibat berdesak-desakan, mata kami masih sembab tapi kami puas. 

Entah apa yang ada dipikiran kami saat berlari menuju Raudhah, mungkin itu sugesti atau terlalu bersemangat sampai tak tahu jika harus mengatri. Waktu itu saya hanya teringat cerita-cerita ibu saya, katanya memang harus berlari, ya kami berlari tanpa memperdulikan apapun, hingga akhirnya kami terjebak di dalam dengan kerumunan orang-orang berjubah hitam.

Pengalaman kami mungkin tidak untuk ditiru, agar dapat berdoa dengan tenang dan tertib maka harus mengantri, tidak perlu berlari-lari seperti kami. Berdasarkan pengalaman pertama kami, kami memutuskan untuk mengunjungi Raudhah lagi keesokan harinya, tapi kali ini dengan tata cara yang benar, kami mengantri beserta rombongan yang lain ditemani oleh Muthawwif. Alhamdulillah kami tidak terlalu lama menunggu, karena waktu kami tiba di Masjid pintu pembatas sudah dibuka dan kami duduk mengantri di ruang tunggu. Pada kunjungan kedua ini kami bisa shalat dan berdoa dengan khusyuk tanpa takut tergencet atau terinjak karena ada muthawwif yang menjaga dan mencarikan kami ruang kosong. Kami berdoa lama, menangis, memohon, menyebutkan semua permohonan, memanggul semua nama yang dikenal, berharap Ridho Allah dan Syafaat Rasulullah.
Bagaimanapun pengalaman pertama kami di Raudhah begitu istimewa yang mungkin tidak dirasakan oleh rombongan yang lain. Semoga Allah mengabulkan doa-doa kami, amiin....

Rabu, 19 Juni 2013

Makkah Al Mukarromah, Madinah Al Munawwarah



Makkah Madinah, dua kota ini adalah kota tujuan ibadah ummat Islam. Makkah adalah kota dimana Ka'bah berdiri, episentrum peradaban islam, arah kiblat pemersatu arah shalat. Sedangkan madinah adalah tempat rasul berhijrah, tempat islam berkembang pesat dan tempat rasul menghabiskan sisa hidupnya. 

Jika makkah punya masjidil haram (ka'bah), madinah punya masjid Nabawi, masjid tempat peristirahatan terakhir Rasulullah SAW. Tentang keistimewaannya, tidak perlu diragukan lagi. siapapun yang shalat si Masjid Nabawi baginya 10.000 pahala, jika shalat di Masjidil Haram baginya 100.000 pahala. 

Meskipun kedua tempat tersebut istimewa, tapi keduanya memiliki karakteristik berbeda. Kota Madinah lebih indah, lebih nyaman, dan tertib berbeda dengan Makkah yang crauded, selayaknya kota-kota besar. Karakter penduduknya juga berbeda, penduduk Madinah lebih santun dibanding orang Makkah yang cenderung 'kasar'. Hal ini mingkin juga dipengaruhi faktor sejarah keduanya yang berbeda. Dahulunya penduduk Makkah adalah kaum Quraish, kaum yang terkenal bengal, sedangkan penduduk Madinah (dahulu Yasrib) terdiri dari beberapa suku yang hidup berdampingan, Bani Aus dan Khazraj serta tiga suku Yahudi yaitu Bani Qoinuqo', Bani Quraidhah dan Bani Nadhir. 

Perbedaan itu yang saya rasakan saat mengunjungi kedua kota tersebut dalam rangka ibadah umroh. Saya berangkat dari Jakarta naik Saudi Arabia Airlines langsung menuju Madinah, tidak seperti kebanyakan umroh lain yang turun d jeddah baru pergi ke Madinah. Dengan pertimbangan akan menghemat waktu perjalanan dari Jeddah ke Madinah yang menghabiskan waktu sekitar 7 jam. Singkatnya perjalanan ibadah umroh saya berawal dari Madinah Al-Munawwarah. 

Setiba saya di Madinah saya langsung jatuh cinta dengan kota ini, betah rasanya berlama-lama tak ingin pulang ;)). Kegiatan selama di Madinah adalah berziarah (berkunjung) ke tempat-tempat bersejarah, sholat di Masjid Quba (masjid pertama yang didirkan Rasulullah SAW), masjid Qiblatain dan mengunjungi kebun kurma, tentu yang utama adalah memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi, berdoa di Raudhah dan Makam Rasulullah. 

Jatah tinggal di Madinah hanya 3 malam 4 hari, perjalanan dilanjutkan menuju Makkah untuk ibadah umroh dengan terlebih dahulu Miqot dan niat Ihram di Bir Ali, karena saya berangkat dari Madinah maka untuk Miqot niat Ihram dilakukan di Masjid Bir Ali sebagaimana penduduk Madinah. 
Madinah - Makkah berjarak kurang lebih 450 km, sekitar 5 jam perjalanan naik bis. Begitu sampai di Makkah aura perbedaan sudah terasa, Makkah lebih ramai, lebih sibuk dari Madinah, banyak orang berlalu lalang tak beraturan, tapi disinah semua ibadah utama dilakukan, Thawaf, Sa'i, Tahallul, rangkaian rukun ibadah umroh (begitu juga haji) dilakukan di Makkah, karena itulah Makkah menjadi kota yang sibuk. Kota Makkah tak sebersih dan setertib Madinah, dari segi bangunan dan fasilitaspun lebih "homey" di Madinah. Sekarang saya sangat mengerti mengapa Rasul SAW memilih untuk berhijrah ke Madinah. 

Meskipun begitu Makkah tetap kota Utama, Ka'bah yang berdiri kokoh d Masjidil Haram membuat hati setiap orang beriman merinding, haru sekaligus merasakan langsung kebesaran Allah SWT.  Kekuatan Magnet spiritual itu tak ada yang bisa membendung, cucuran air mata, lantunan takbir dan doa terus berkumandang, berseru dari setiap hati yang resah, pasrah dan berharap kepada sang Pencipta. 
Allahu Akbar, Labbaik Allahumma Labbaik....

Senin, 03 Juni 2013

Journey To The West

Rasanya tak perlu saya jelaskan hal ihwal saya bisa pergi Umroh gratis, Tuhan punya caranya sendiri untuk memanggil hambaNya mengunjungi RumahNya. And here I'm now, menunggu boarding pesawat Saudi Arabia Airlines menuju Madinah. 

Jadwal keberangkatan pesawat masih pukul 06.45, tapi berjam-jam sebelumnya kami harus sudah siap d bandara untuh mengurus hal ini dan itu termasuk pembagian paspor dan visa. Beginilah jika pergi dengan rombongan menggunakan jasa tour dan travel, kami harus mengikuti semua jadwal yang sudah ditentukan karena paspor dan visa mereka semua yang atur. 

Karena kami berangkat menggunakan pesawat pagi, maka kami berangkat dari malang sehari sebelumnya dan harus bermalam di Jakarta. Dari malang ke jakarta kami menggunakan pesawat citilink. Perjalanan dari malang menuju jakarta  sepenuhnya mulus, cuaca sedang tidak bagus, turbulensinya nyaris bikin orang2 histeris, tapi syukur Alhamdulillah akhirnya sampai d jakarta dengan selamat.

Sebagaimana biasanya orang2 yang hendak pergi ke tanah suci, kami juga mengadakan "ritual" pelepasan jamaah, karena kamiberangkat rombongan atas nama lembaga (fakultas) maka dilepaskan secara resmi dari kampus oleh dekan. Tidak hanya itu, di bagian HI juga diadakan "party" kecil2an, sebenarnya tidak bermaksud secara khusus melepaskan kpergian saya umroh, tapi kebetulan ada yang berualang tahun jadi sekalian kami gabungkan acaranya. Singkatnya ritual pelepasan jamaah umrah berjalan meriah.

Yang membuat kami deg-degan adalah kondisi cuaca di tanah suci, munurut info sekarang disana misim panas, cuaca mencapai 50 - 55 derajat. Tapi bagaimanapun kondisinya kami sudah mempersiapkan segala sesuatunya tentunya dengan banysk berdoa dan berpasrah agar perjalanan ibadah berjalan dg khusyuk dan lancar, amiin.

Barangkali tak ada perjalanan yang mudah, juga tidak ada yang sulit hanya berdoa, berusaha dan berpasrah, semoga perjalanan kami diridhoi oleh Allah SWT.